Orgasme

Orgasme berarti pelepasan tiba-tiba ketegangan seksual yang terkumpul, yang mengakibatkan kontraksi otot ritmik di daerah pinggul yang menghasilkan sensasi kenikmatan yang tinggi dan diikuti relaksasi yang cepat. Ini biasanya berlangsung untuk beberapa detik. Orgasme juga sebagian merupakan pengalaman psikologis akan kenikmatan dan pembuangan, saat pikiran difokuskan hanya pada pengalaman pribadi. Orgasme kadang-kadang disebut klimaks atau kedatangan.

Dalam riset asli siklus respon seksual manusia, orgasme merupakan tahap yang ketiga dari 4 tahap, terjadi setelah tahap peningkatan dan sebelum fase penyelesaian. Model siklus respon seksual lain yang diterima luas yang dikembangkan oleh Helen Singer Kaplan, MD, PhD. melibatkan hanya 3 tahap: gairah, kesenangan dan orgasme.

Orgasme berbeda dari satu orang ke orang lain dan untuk setiap individu pada waktu yang berbeda. Terkadang orgasme merupakan gelombang sensasi yang meletup-letup dan menakjubkan, sementara lainnya lebih ringan, halus dan tidak terlalu kuat. Perbedaan intensitas orgasme dapat disebabkan faktor fisik, seperti kelelahan dan lamanya waktu sejak orgasme terakhir, sekaligus juga faktor psikososial, termasuk suasana hati, hubungan dengan pasangan, aktivitas, harapan, dan perasaan mengenai pengalaman itu.
Ada beberapa komponen fisiologis dari orgasme. Pertama, orgasme merupakan respon total tubuh, bukan hanya kondisi pinggul. Pola gelombang otak telah menunjukkan perubahan yang nyata selama orgasme, dan otot-otot pada banyak area tubuh yang berbeda berkontraksi selama tahap respon seksual ini. Beberapa orang mengalami kontraksi otot wajah yang tidak disengaja, menghasilkan mimik yang tampak seperti meringis atau ekspresi ketidaknyamanan atau ketidaksenangan, namun ini sebenarnya indikasi dari rangsangan seksual yang tinggi.

Ciri fisik yang paling khas dari orgasme adalah sensasi yang ditimbulkan oleh kontraksi ritmik berkelanjutan dari otot pubokoksigeus. Bersamaan dengan kontraksi dari Spinkter anal (otot cincin yang menyempitkan atau meregangkan mulut dubur), rectum dan perineum, rahim dan lapisan luar ke-3 vagina (landasan orgasmik), klitoris tertutup clitoral hood, daerah sekitar kelamin berwarna merah, labium minor berubah warnanya menjadi gelap untuk wanita, dan pembuluh dan otot ejakulatori di sekitar penis untuk pria, ini menyusun refleks orgasme. Beberapa kontraksi pertama kuat dan dekat satu sama lain, terjadi dalam interval sekitar 0,8 detik. Sementara orgasme berlanjut, kontraksi akan berkurang baik secara intensitas maupun lamanya, dan terjadi pada interval yang lebih jarang.Walau terdapat perbedaan anatomi antara alat kelamin pria dan wanita, orgasme pada pria dan wanita secara fisiologis dan psikologis, atau subjektif, sangat serupa. Sebenarnya, penelitian telah dilakukan dimana para ‘ahli’ tidak dapat menentukan jenis kelamin dengan pasti saat membaca gambaran orgasme-orgasme yang semua petunjuk anatominya dihilangkan.
Para wanita telah menjelaskan bahwa sensasi orgasme dimulai dengan perasaan tegang, lalu diikuti dengan cepat oleh perasaan nikmat yang biasanya mulai di klitoris dan menyebar ke pinggul. Alat-alat kelamin seringkali digambarkan menjadi hangat, seperti disetrum atau geli, dan sensasi fisik ini biasanya menyebar melalui beberapa bagian dari tubuh. Kebanyakan wanita juga merasakan kontraksi otot di vagina atau pinggul bawah mereka, sering disebut sebagai ‘denyut pinggul’.

Perasaan subyektif orgasme pada pria telah dilukiskan cukup konsisten sebagai diawali dengan sensasi kehangatan atau tekanan mendalam yang berhubungan dengan ‘ejakulasi tak terhindarkan’, tahap dimana ejakulasi tak bisa dihentikan. Itu lalu dirasakan sebagai kontraksi nikmat yang tajam dan kuat, yang melibatkan otot pubokoksigeus, sfinkter anal, rektum, perineum dan kemaluan. Beberapa pria melukiskan bagian ini sebagai sensasi pemompa. Akhirnya, aliran hangat cairan atau sensasi ‘penembakan’ menggambarkan proses sebenarnya aliran semen (cairan sperma) melalui uretra (saluran kencing dalam kemaluan selama ejakulasi). Penting untuk diketahui bahwa orgasme dan ejakulasi bukan merupakan kesatuan di peristiwa yang sama. Walau mereka biasanya terjadi bersamaan, seorang pria dapat mencapai orgasme tanpa berejakulasi.

Perbedaan utama antara fase orgasmik wanita dan pria adalah jauh lebih banyak wanita daripada pria yang memiliki kemampuan fisik untuk mencapai satu atau lebih orgasme tambahan dalam waktu singkat tanpa jatuh di bawah tingkat kenaikan gairah seksual. Mengalami orgasme berulang tergantung pada rangsangan dan minat seksual berkelanjutan. Karena semuanya ini tidak terjadi setiap kali bagi kebanyakan wanita, orgasme berulang tidak terjadi pada setiap hubungan seksual. Di sisi lain, saat berlangsungnya ejakulasi, pria memasuki tahap pemulihan yang disebut periode refraktori (pembelokan/pembubaran). Selama waktu ini, orgasme atau ejakulasi lebih lanjut secara fisik tidak mungkin. Namun, beberapa pria bisa belajar mendapat orgasme tanpa berejakulasi, dengan begitu menjadikannya mungkin untuk mengalami orgasme berulang. 

Reproduksi Seksual

Coitus adalah metode dasar reproduksi manusia. Selama ejakulasi, yang umumnya disertai dengan orgasme pada pria, serangkaian kontraksi otot mengirimkan air mani yang berisi gamet pria yang dikenal sebagai sel sperma atau spermatozoa ke dalam ruang vagina.

Rute yang dilalui dalam ruang vagina adalah melalui cervix menuju rahim dan kemudian menuju ke tuba fallopi. Jutaan sperma terdapat dalam setiap ejakulasi, untuk meningkatkan kemungkinan sebuah pembuahan dengan sel telur atau ovum. Sel sperma dapat bertahan hingga sembilan hari dalam tubuh wanita. Ketika sebuah sel telur yang subur dari wanita terdapat dalam tuba fallopi, gamet pria bergabung dengan ovum menghasilkan pembuahan dan pembentukan sebuah embrio baru. Ketika sebuah ovum yang telah terbuahi mencapai rahim, ia akan tertanam pada dinding uterus, yang dikenal dengan endometrium dan kehamilan dimulai. 

Hubungan Seksual

Hubungan seksual, khususnya coitus, adalah bentuk kopulasi bagi manusia. Istilah hubungan seksual merujuk pada area yang lebih luas dalam aktivitas seksual dibandingkan dengan istilah coitus, yang hanya merujuk pada seks antar alat kelamin pria dan wanita.

Coitus mungkin didahului dengan foreplay, yang menyebabkan gairah pada partner, menyebabkan terjadinya ereksi dari penis dan pelumasan alami pada vagina.

Untuk memulai sebuah hubungan seksual, penis yang telah ereksi dimasukkan ke dalam vagina dan salah satu partner atau keduanya menggerakkan pahanya untuk membuat penis bergerak maju dan mundur di dalam vagina dan menghasilkan gesekan, tanpa sama sekali mengeluarkan penis secara penuh. Dengan demikian, mereka merangsang diri sendiri maupun partnernya hingga orgasme dan ejakulasi diperoleh. Penetrasi dengan penis juga dikenal dengan intromission atau dengan nama Latin immissio penis. 

ABG Anak Tetangga

Minggu sore hampir pukul empat. Setelah menonton CD porno sejak pagi penisku tak mau diajak kompromi. Si adik kecil ini kepingin segera disarungkan ke vagina. Masalahnya, rumah sedang kosong melompong. Istriku pulang kampung sejak kemarin sampai dua hari mendatang, karena ada kerabat punya hajat menikahkan anaknya. Anak tunggalku ikut ibunya. Aku mencoba menenangkan diri dengan mandi, lalu berbaring di ranjang. Tetapi penisku tetap tak berkurang ereksinya. Malah sekarang terasa berdenyut-denyut bagian pucuknya. “Wah gawat gawat nih. Nggak ada sasaran lagi. Salahku sendiri nonton CD porno seharian”, gumamku.Aku bangkit dari tiduran menuju ruang tengah. Mengambil segelas air es lalu menghidupkan tape deck. Lumayan, tegangan agak mereda. Tetapi ketika ada video klip musik barat agak seronok, penisku kembali berdenyut-denyut. Nah, belingsatan sendiri jadinya. Sempat terpikir untuk jajan saja. Tapi cepat kuurungkan. Takut kena penyakit kelamin. Salah-salah bisa ketularan HIV yang belum ada obatnya sampai sekarang. Kuingat-ingat kapan terakhir kali barangku terpakai untuk menyetubuhi istriku. Ya, tiga hari lalu. Pantas kini adik kecilku uring-uringan tak karuan. Soalnya dua hari sekali harus nancap. “Sekarang minta jatah..”. Sambil terus berusaha menenangkan diri, aku duduk-duduk di teras depan membaca
surat kabar pagi yang belum tersentuh.
Tiba-tiba pintu pagar berbunyi dibuka orang. Refleks aku mengalihkan pandangan ke arah suara. Renny anak tetangga mendekat. “Selamat sore
Om. Tante ada?”
“Sore.. Ooo Tantemu pulang kampung sampai lusa.
Ada apa?”
“Wah gimana ya..”“Silakan duduk dulu. Baru ngomong ada keperluan apa”, kataku ramah. ABG berusia sekitar
lima belas tahun itu menurut. Dia duduk di kursi kosong sebelahku. “Nah, ada perlu apa dengan Tantemu? Mungkin Om bisa bantu”, tuturku sambil menelusuri badan gadis yang mulai mekar itu.
“Anu
Om, Tante janji mau minjemi majalah terbaru..”
“Majalah apa sich?”, tanyaku. Mataku tak lepas dari dadanya yang tampak mulai menonjol. Wah, sudah sebesar bola tenis nih.“Apa saja. Pokoknya yang terbaru”. “Oke silakan masuk dan pilih sendiri”. Kuletakkan
surat kabar dan masuk ruang dalam. Dia agak ragu-ragu mengikuti. Di ruang tengah aku berhenti. “Cari sendiri di rak bawah televisi itu”, kataku, kemudian membanting pantat di sofa.
Renny segera jongkok di depan televisi membongkar-bongkar tumpukan majalah di situ. Pikiranku mulai usil. Kulihati dengan leluasa tubuhnya dari belakang. Bentuknya sangat bagus untuk ABG seusianya. Pinggulnya padat berisi. Bra-nya membayang di baju kaosnya. Kulitnya putih bersih. Ah betapa asyiknya kalau saja bisa menikmati tubuh yang mulai berkembang itu.
“Nggak ada
Om. Ini lama semua”, katanya menyentak lamunan nakalku.
“Ngg.. mungkin ada di kamar Tantemu. Cari saja di
sana” Selama ini aku tak begitu memperhatikan anak itu meski sering main ke rumahku. Tetapi sekarang, ketika penisku uring-uringan tiba-tiba baru kusadari anak tetanggaku itu ibarat buah mangga telah mulai mengkal. Mataku mengikuti Renny yang tanpa sungkan-sungkan masuk ke kamar tidurku. Setan berbisik di telingaku, “inilah kesempatan bagi penismu agar berhenti berdenyut-denyut. Tapi dia masih kecil dan anak tetanggaku sendiri? Persetan dengan itu semua, yang penting birahimu terlampiaskan”.
Akhirnya aku bangkit menyusul Renny. Di dalam kamar kulihat anak itu berjongkok membongkar majalah di sudut. Pintu kututup dan kukunci pelan-pelan. “Sudah ketemu Ren?” tanyaku. “Belum Om”, jawabnya tanpa menoleh. “Mau lihat CD bagus nggak?” “CD apa
Om?”
“Filmnya bagus kok. Ayo duduk di sini.” Gadis itu tanpa curiga segera berdiri dan duduk pinggir ranjang. Aku memasukkan CD ke VCD dan menghidupkan televisi kamar. “Film apa sih
Om?”
“Lihat saja. Pokoknya bagus”, kataku sambil duduk di sampingnya. Dia tetap tenang-tenang tak menaruh curiga. “Ihh..”, jeritnya begitu melihat intro berisi potongan-potongan adegan orang bersetubuh. “Bagus
kan?”
“Ini kan film porno
Om?!”
“Iya. Kamu suka
kan?”
Dia terus ber-ih.. ih ketika adegan syur berlangsung, tetapi tak berusaha memalingkan pandangannya. Memasuki adegan kedua aku tak tahan lagi. Aku memeluk gadis itu dari belakang.“Kamu ingin begituan nggak?”, bisikku di telinganya.“Jangan Om”, katanya tapi tak berusaha mengurai tanganku yang melingkari lehernya.Kucium sekilas tengkuknya. Dia menggelinjang.
“Mau nggak gituan sama
Om? Kamu belum pernah
kan? Enak lo..”
“Tapi.. tapi.. ah jangan
Om.” Dia menggeliat berusaha lepas dari belitanku. Namun aku tak peduli. Tanganku segera meremas dadanya. Dia melenguh dan hendak memberontak.
“Tenang.. tenang.. Nggak sakit kok.
Om sudah pengalaman..”
Tangan kananku menyibak roknya dan menelusupi pangkal pahanya. Saat jari-jariku mulai bermain di sekitar vaginanya, dia mengerang. Tampak birahinya sudah terangsang. Pelan-pelan badannya kurebahkan di ranjang tetapi kakinya tetap menjuntai. Mulutku tak sabar lagi segera mencercah pangkal pahanya yang masih dibalut celana warna hitam. “Ohh.. ahh.. jangan
Om”, erangnya sambil berusaha merapatkan kedua kakinya. Tetapi aku tak peduli. Malah celana dalamnya kemudian kupelorotkan dan kulepas. Aku terpana melihat pemandangan itu. Pangkal kenikmatan itu begitu mungil, berwarna merah di tengah, dan dihiasi bulu-bulu lembut di atasnya. Klitorisnya juga mungil. Tak menunggu lebih lama lagi, bibirku segera menyerbu vaginanya. Kuhisap-hisap dan lidahku mengaduk-aduk liangnya yang sempit. Wah masih perawan dia. Renny terus menggelinjang sambil melenguh dan mengerang keenakan. Bahkan kemudian kakinya menjepit kepalaku, seolah-olah meminta dikerjai lebih dalam dan lebih keras lagi.
Oke Non. Maka lidahku pun makin dalam menggerayangi dinding vaginanya yang mulai basah.
Lima menit lebih barang kenikmatan milik ABG itu kuhajar dengan mulutku. Kuhitung paling tidak dia dua kali orgasme. Lalu aku merangkak naik. Kaosnya kulepas pelan-pelan. Menyusul kemudian BH hitamnya berukuran 32. Setelah kuremas-remas buah dadanya yang masih keras itu beberapa saat, ganti mulutku bekerja. Menjilat, memilin, dan mencium putingnya yang kecil.
“Ahh..” keluh gadis itu. Tangannya meremas-remas rambutku menahan kenikmatan tiada
tara yang mungkin baru sekarang dia rasakan.
“Enak
kan beginian?” tanyaku sambil menatap wajahnya.
“Iii.. iya
Om. Tapi..”
“Kamu pengin lebih enak lagi?” Tanpa menunggu jawabannya aku segera mengatur posisi badannya. Kedua kakinya kuangkat ke ranjang. Kini dia tampak telentang pasrah. Penisku pun sudah tak sabar lagi mendarat di sasaran. Namun aku harus hati-hati. Dia masih perawan sehingga harus sabar agar tidak kesakitan. Mulutku kembali bermain-main di vaginanya. Setelah kebasahannya kuanggap cukup, penisku yang telah tegak kutempelkan ke bibir vaginanya. Beberapa saat kugesek-gesekkan sampai Renny makin terangsang. Kemudian kucoba masuk perlahan-lahan ke celah yang masih sempit itu. Sedikit demi sedikit kumaju-mundurkan sehingga makin melesak ke dalam. Butuh waktu
lima menit lebih agar kepala penisku masuk seluruhnya. Nah istirahat sebentar karena dia tampak menahan nyeri.
“Kalau sakit bilang ya”, kataku sambil mencium bibirnya sekilas. Dia mengerang. Kurang sedikit lagi aku akan menjebol perawannya. Genjotan kutingkatkan meski tetap kuusahakan pelan dan lembut. Nah ada kemajuan. Leher penisku mulai masuk. “Auw.. sakit
Om..” Renny menjerit tertahan. Aku berhenti sejenak menunggu liang vaginanya terbiasa menerima penisku yang berukuran sedang. Satu menit kemudian aku maju lagi. Begitu seterusnya. Selangkah demi selangkah aku maju. Sampai akhirnya.. “Ouu..”, dia menjerit lagi. Aku merasa penisku menembus sesuatu. Wah aku telah memerawani dia. Kulihat ada sepercik darah membasahi sprei.
Aku meremas-remas payudaranya dan menciumi bibirnya untuk menenangkan. Setelah agak tenang aku mulai menggenjot anak itu. “Ahh.. ohh.. asshh..”, dia mengerang dan melenguh ketika aku mulai turun naik di atas tubuhnya. Genjotan kutingkatkan dan erangannya pun makin keras. Mendengar itu aku makin bernafsu menyetubuhi gadis itu. Berkali-kali dia orgasme. Tandanya adalah ketika kakinya dijepitkan ke pinggangku dan mulutnya menggigit lengan atau pundakku. “Nggak sakit lagi
kan? Sekarang terasa enak
kan?”
“Ouu enak sekali
Om..” Sebenarnya aku ingin mempraktekkan berbagai posisi senggama. Tapi kupikir untuk kali pertama tak perlu macam-macam dulu. Terpenting dia mulai bisa menikmati. Lain kali
kan itu masih bisa dilakukan.
Sekitar satu jam aku menggoyang tubuhnya habis-habisan sebelum spermaku muncrat membasahi perut dan payudaranya. Betapa nikmatnya menyetubuhi perawan. Sungguh-sungguh beruntung aku ini. “Gimana? Betul enak seperti kata Om
kan?” tanyaku sambil memeluk tubuhnya yang lunglai setelah sama-sama mencapai klimaks.
“Tapi takut
Om..”
“Nggak usah takut. Takut apa sih?” “Hamil”
Aku ketawa. “Kan sperma
Om nyemprot di luar vaginamu. Nggak mungkin hamil dong” Kuelus-elus rambutnya dan kuciumi wajahnya. Aku tersenyum puas bisa meredakan adik kecilku.
“Kalau pengin enak lagi bilang
Om ya? Nanti kita belajar berbagai
gaya lewat CD”.
“Kalau ketahuan Tante gimana?” “Ya jangan sampai ketahuan dong” Beberapa saat kemudian birahiku bangkit lagi. Kali ini Renny kugenjot dalam posisi menungging. Dia sudah tak menjerit kesakitan lagi. Penisku leluasa keluar masuk diiringi erangan, lenguhan, dan jeritannya. Betapa nikmatnya memerawani ABG tetangga. 

Mahkota Yang Hilang

Orang boleh menilai apa saja tentang diriku, bagiku itu tidak masalah, karena memang kenyataan itulah yang pernah kualami selama ini. Kurasa banyak juga wanita di muka bumi ini, yang sebenarnya juga punya banyak petualangan sex, namun belum ada yang berani mengungkapkannya.Kenapa mesti takut dan malu? Itu semua hak kita, memangnya hanya laki-laki saja yang punya hasrat dan libido? Wanita juga punya, hanya mereka biasanya malu dan takut mengungkapkannya, apa lagi untuk menyalurkannya. Lain halnya denganku, apa yang kumau kujalani saja apa adanya, yang penting aku belum mau ada ikatan.Banyak juga yang mengatakan kalau hubungan antar suami istri pasti lebih nikmat, karena ada dasar saling mencintai, siapa bilang? Banyak juga kaum istri yang merasa tidak puas dan tidak mengalami orgasme karena sang suami melakukannya dengan cepat tanpa foreplay dan tidak peduli apakah lawan mainnya sudah puas atau belum, yang penting dirinya sudah orgasme. Akibatnya apa yang dilakukan sang istri? Mau nyeleweng juga takut, mau masturbasi malu, walau terkadang ada juga yang sembunyi-sembunyi melakukan masturbasi, Hi.. hi.. hii..! Kacian deh loe!Kali ini akan kuceritakan pengalaman pertamaku melakukan hubungan sex atau make love (ML) yang sebenarnya. Ini kulakukan saat aku memasuki bangku kuliah di Universitas Airlangga (Unair)
Surabaya. Aku memang kuliah di
sana mengambil jurusan kedokteran hewan. Di antara teman cowokku saat itu, yang paling akrab denganku adalah Charles, anaknya cukup ganteng dan pandai.
Namun sayangnya Charles akhirnya tidak meneruskan kuliahnya karena dia merasa patah hati denganku (bukan GR lho!). Charles memang merupakan cowok yang pertama kali merasakan mahkota kegadisanku, kulakukan semua itu dengan suka rela tanpa ada tuntutan.Kuanggap saat itu kami memang saling suka sama suka dan saling membutuhkan, bukan berarti itu sebagai suatu ikatan yang mana aku harus bersedia menjadi istri Charles kelak. Hal inilah yang membuat Charles akhirnya harus terpukul dan patah hati, karena setelah kupersembahkan mahkota kegadisanku, Charles merasa harus bertanggung jawab dan akan menikahiku. Sedangkan aku tidak ingin mendapat ikatan apa-apa, maka akhirnya Charles patah hati dan berhenti kuliah, sejak saat itu aku juga tidak tahu dia ada dimana, kalau seandainya saat ini di manapun Charles berada dan sedang membaca kisahku ini, aku mohon maaf, bukannya aku bermaksud menyakiti hatinya, tapi begitulah aku, Natalia yang masih tetap seperti yang dulu.Sejak awal perkenalanku dengan Charles, kami memang telah merasa saling cocok satu sama lain. Banyak hal yang kami selalu lakukan dan lalui bersama, entah bagaimana perasaan Charles padaku saat itu, namun aku menganggap Charles tak lebih sebagai seorang teman yang akrab dan enak diajak berbincang maupun bergaul, atau mungkin sebagai kakak yang bisa diajak curhat misalnya.Hubungan kami makin hari makin dekat dan akrab, kami juga mengawali dengan saling berciuman, berpelukan sambil terkadang saling raba dan saling remas, tentunya di tempat-tempat sepi yang memungkinkan. Belakangan kami juga sering melakukan petting atau oral sex.Kalau yang satu ini kami lakukan terkadang di rumahku saat tidak ada siapa-siapa, terkadang juga di tempat kost Charles, atau di losmen-losmen murah dengan membayar patungan, maklum Charles bukan asli anak Surabaya, kedua orang tuanya asli dan tinggal di Medan sana.Kami gapai kepuasan itu melalui hubungan oral sex, kami saling cium, saling lumat dan saling cumbu. Tangan-tangan kami saling meraba dan mengelus daerah sensitif kami masing-masing, hingga pada puncaknya kami saling jilat dengan posisi 69. Kepala Charles membenam di selangkanganku, mengoral vaginaku dan menjilati klitorisku.Sebaliknya aku juga sibuk mengocok batang kemaluan Charles sambil mulutku mengulum kepala batang kemaluannya, kujilat biji pelirnya hingga ke bagian kepala batang kemaluannya. Awalnya aku tidak mengizinkan sperma Charles tumpah keluar di mulutku, namun akhir-akhirnya sering kali kubiarkan spermanya menyembur di dalam mulutku.Bahkan beberapa kali sperma itu yang awalnya tidak sengaja tertelan menjadi sengaja kutelan sampai habis. Memang awalnya aku merasa jijik dan hampir mau muntah rasanya, apa lagi kalau semburan spermanya muncrat dengan keras hingga langsung menyumbat kerongkonganku.Memang pengalaman adalah guru yang terbaik, akhirnya aku pun terbiasa dan boleh dibilang piawai dalam melakukan oral sex sampai lawan mainku orgasme, dan spermanya menyembur keluar di mulutku, kemudian langsung kutelan habis sampai bersih kembali.Hal yang sama justru sudah dilakukan Charles sejak dari awal kami melakukan hubungan oral sex, dan Charles pula yang mengawali mengoral vaginaku, jauh hari sebelum aku berani dan mau melakukan oral sex pada dirinya. Charles selalu tidak membiarkan cairan hangat yang keluar dari dalam liang vaginaku, tumpah begitu saja membasahi sprei tempat tidur yang kami pakai.Charles selalu menjilat dan menelas habis semua cairan beningku saat aku mengalami orgasme saat dioralnya, soal kenikmatan yang kualami saat itu, sungguh sangat sulit kulukiskan dengan kata-kata, karena rasanya tidak ada kata atau kalimat yang dapat mengartikan bagaimana nikmatnya saat orgasme itu.Suatu siang yang tanggal dan harinya aku sudah lupa, aku dan Charles pulang kuliah agak siang karena memang tidak ada kegiatan di kampus. Kuajak Charles mampir ke rumahku seperti biasanya, dan waktu itu di rumahku juga sedang tidak ada siapa-siapa, kedua orang tuaku sibuk dengan urusannya masing-masing, sedang adikku ada yang masih kuliah dan yang kecil juga belum pulang dari sekolahnya.Suasana dan kondisi rumahku yang kosong dan sepi memungkinkan Charles untuk bebas mencumbuku, Charles mengawalinya dengan mencium lembut bibirku yang tipis dan mungil. Kami saling berciuman dan berpagutan, bibir kami saling mengulum, dan tangan kami saling meraba dan meremas daerah-daerah yang sensitif.Cukup lama kami bergumul di tempat tidurku, sampai akhirnya kami saling menanggalkan busana kami masing-masing, seperti biasanya saat kami melakukan oral sex. Lalu kami sudah telanjang bulat tanpa sehelai pun benang yang menutupi tubuh kami.Dan cumbuan dan ciuman tadi sudah berubah menjadi jilatan yang kami lakukan, kami saling menjilati hingga mencapai posisi favorit kami yaitu 69. Ternyata aku lebih dahulu mengalami orgasme saat melakukan oral sex kali ini, aku benar-benar hanyut dan terobsesi dengan permainan lidah Charles yang menyapu rata setiap bagian vaginaku.Terus terang aku paling tidak tahan saat klitorisku dijilat apa lagi dikulum-kulum. Biasanya darahku seakan serentak secara bersamaan mengalir ke atas kepalaku dan berkumpul di ubun-ubun kepalaku, kalau sudah demikian bendungan pertahananku jebol diterjang badai dan gelombang birahiku yang dahsyat.Namun kali ini rupanya Charles lebih lama bertahan daripada biasanya, memang tidak biasanya Charles mampu mempertahankan orgasmenya sebegitu lama saat kukulum batang kemaluannya. Kali ini rupanya lain, dan karena orgasmenya tak kunjung tiba, Charles mengubah posisinya dengan menindih tubuhku dengan posisi kami saling berhadap-hadapan.Charles kembali mencium dan melumat bibirku, masih terasa sisi bekas lendirku yang menempel di mulut Charles, rasanya sedikit asin dengan aroma yang khas sekali, karena aku juga pernah menjilati jari-jariku setelah melakukan masturbasi, saat itu jari-jariku juga dipenuhi oleh cairan kenikmatan sisa orgasmeku.Sambil menciumku, Charles memegang batang kemaluannya dan menggosok-gosokkan ujung kepala batang kemaluannya di antara celah belahan bibir vaginaku, aku merasakan geli yang bercampur kenikmatan, ada rangsangan tersendiri yang kurasakan saat itu, sehingga membuat liang vaginaku kembali basah dibanjiri oleh cairan birahi yang mengalir dari dalam rahimku.Charles mulai menusuk-nusukkan ujung kepala batang kemaluannya di celah liang vaginaku, desakan batang kemaluannya terasa agak sakit saat memasuki terlalu dalam ke liang vaginaku, hingga terkadang aku sedikit tersedak dan mengaduh, namun lama kelamaan aku juga menjadi tidak tahan dengan perlakuan seperti itu, ingin rasanya aku merasakan batang kemaluan Charles dimasukkan lebih dalam lagi ke liang vaginaku.Charles sepertinya juga tahu apa yang kumau, ia mulai menggosokkan batang kemaluannya masuk lebih dalam lagi ke liang vaginaku. Aku kembali merasakan sakit di dalam liang vaginaku yang memang belum pernah dimasuki benda apa pun, kali ini ada sedikit rasa perih dari dalamnya.Charles rupanya juga mengerti akan hal itu, dan ia tidak melanjutkannya dengan gegabah, sambil sesekali meneruskan dorongannya agar batang kemaluannya masuk lebih dalam lagi, Charles juga memberikan aku waktu luang untuk menarik nafas menahan rasa sakit dan perih yang bercampur nikmat di vaginaku.Akhirnya setengah dari batang kemaluan Charles berhasil menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku, dan Charles mulai memompanya pelan-pelan sambil terus melakukan tekanan hingga batang kemaluannya benar-benar dapat masuk secara utuh di dalam kemaluanku.Rasa sakit dan perih yang kualami juga makin lama makin hilang berganti dengan rasa nikmat yang selama ini belum pernah kualami. Charles makin mempercepat pompaannya, batang kemaluannya digenjot keluar masuk di liang vaginaku, yang makin becek oleh lendir yang tak terbendung, keluar dari dalam rahimku.“Oo.. Ooh! Aduu.. Uuh!”Aku hanya bisa menyeracau tidak karuan, tanganku berusaha meraih apa saja yang ada di sekitarku, dan kain sprei tempat tidurku yang menjadi sasaran jambakan tanganku, kuremas kain spreiku hingga tempat tidurku makin acak-acakan. Tubuhku sedikit bergetar, kurasakan ada sesuatu yang aneh di dalam liang vaginaku, aku sepertinya sedang kencing namun bukan air seniku yang mengalir keluar, namun kutahu itu adalah semburan pelumasku, yang kembali membasahi liang vaginaku.Vaginaku mengedut kuat meremas batang kemaluan Charles yang masih asyik terus memompa liang vaginaku, kedutan vaginaku itu akhirnya juga membuat pertahanan Charles ikut jebol juga. Dapat kurasakan semburan dahsyat di dalam liang vaginaku saat Charles melepaskan orgasmenya.Cukup lama kami berpelukan sambil posisi batang kemaluan Charles masih tertancap di dalam liang vaginaku, kurasakan batang kemaluan Charles pelan-pelan kembali mengecil seukuran normal di dalam liang vaginaku. Cairan birahi kami berdua yang bercampur di dalam liang vaginaku merembes keluar melalui celah lipatan bibir vaginaku, belakangan baru kutahu diantara rembesan tersebut ada bercak merah yang membasahi sprei tempat tidurku.Selamat tinggal mahkotaku, demikian bisikku dalam hati sambil mencium bibir Charles, orang pertama yang memberikan kepuasan sejati padaku. 

Pengalaman Pertamaku

Saya adalah seorang karyawan di sebuah instansi pemerintah di bagian administrasi. Umur Saya saat ini 25 tahun. Saya Mau cerita pengalaman pertama kali Saya melakukan hubungan sex. Waktu itu itu umur Saya masih relatif muda kira-kira 14 tahun masih duduk di SMP kelas 3. Sejak SD Saya sudah sering baca buku buku porno yang stensilan pinjem dari temen-temen . Saya juga sering melihat foto-foto porno orang lagi begituan…kalo sudah baca buku porno wah burung Saya keras banget dan tegang sekali rasanya ada seer serrr gitu dikepala burung Saya yang kayak helm bentuknya.

Saya termasuk anak yang bongsor.. karena untuk ukuran kelas 3 SMP badan Saya sudah lebih tinggi dari babeh Saya, dan juga tulang-tulang Saya termasuk kekar dan besar…… Tapi yang paling Saya tidak tahan adalah itu tuch penis Saya kalo lagi tegang .. Gedeee banget….pernah Saya ukur ama temen Saya waktu itu kita sama sama telanjang di kamar mandi kolam renang.. dan waktu di banding ama temen-temen Saya, Saya punya paling panjang dan gede… dan pernah Saya ukur waktu itu kira-kira panjangnya 17 Cm… Yang paling Saya tidak tahan adalah kalo lagi di kelas Saya suka perhatiin mami Ina guru Bahasa Inggris… kadang-kadang tanpa sadar kalo Saya liat itu mami guru lagi duduk dan pahanya yang putih agak sedikit tersingkap … burungku langsung mengeras… dan menonjol kedepan… kalo lagi gitu Saya berdoa moga-moga jangan di suruh kedepan kelas…

Saya punya temen deket sekelas namanya Joko, kita punya hobi dan khayalan yang sama… sering cerita tentang buku porno yang kita baca, dan kita juga sama-sama tergila-gila sama mami guru Ina yang berasal dari tanah Minang. Kalau mami guru Ina lagi nulis di papan kita berdua suka cekikikan memperhatikan betis mami ina yang indah, putih dan berisi dan pinggulnya juga cukup besar dan padat. Gilanya kita berdua suka mengkhayal menjadi kekasih mami ina dan melakukan hubungan sex seperti yang di buku-buku porno dengan mami ina… wah kalo lagi menghayal berdua… burung kita ampe keras banget.. Temen Saya si joko pernah nyarannin Saya … eh Bram lu kalo mau tahu rasanya hubungan sex ama mami ina gampang.. caranya lu di kamar mandi bayangin mami ina.. terus lu kocok burung lu pake sabun.

Karena pengen tahu waktu itu Saya coba…wah memang enak mula-mula… burung Saya makin lama makin gede dan keras seperti batu… tapi sudah Saya kocok-kocok ampe sejam lebih kok ntidak keluar-keluar .. akhirnya Saya bosan sendiri dan cape sendiri…. terus besoknya Saya cerita ama Joko .. dia bilang wah tidak normal loe…. sejak itu beberapa kali Saya coba pake sabun tapi tidak pernah berhasil…. akhir Saya jadi males sendiri… ngocok pake sabun.

Nah ini awal mula cerita Saya… waktu itu pembantu rumah tangga Saya keluar, lali kami dapet lagi pembantu baru berasal dari Tasikmalaya, orang sunda, umur nya kira-kira 27 tahun. Orangnya memiliki kulit kuning langsat wajahnya cukup cantik apalagi kalau lagi tersenyum giginya putih terawat baik. Waktu baru mulai kerja aku nguping wawancaranya ama mami Saya, bahwa dia adalah janda tapi belum punya anak dia cerai ama suaminya 3 tahun yang lalu, suaminya adalah orang kaya di kampung itu tapi umurnya waktu kawin dengan dia sudah berusia 60 tahun dan dia menikah kira-kira 4 tahun, sekarang cerai karena suaminya balik lagi ama bininya yang tua.

Aku memanggil dia bibi Asih… dia pinter masak masakan kesukaanku seperti sop buntut wah enak banget masakannya. Orangnya sopan dan ramah sekali.. hampir ntidak pernah marah kalo di goda … Dia sudah 3 bulan kerja di rumahku.. nampaknya dia cukup betah karena kerjaannya juga tidak terlalu banyak . Nah waktu itu adalah hari Jum’at… inget banget Saya……. Nyokap Saya dapet telepon dari jakarta bahwa kakak Saya yang nomor dua sudah masuk rumah sakit bersalin mau melahirkan anak yang pertama. Mereka pergi dengan Sopir kantor babe Saya ke jakarta jum’at sore… Aku tidak ikut soalnya sabtu besok aku ada pertandingan bola basket di sekolahan. Jum’at malem aku sendirian di kamar ku baca buku porno sendirian di kamar… wah cerita bagus sekali sambil membaca aku memegang burungku wah keras sekali……… Kira-kira waktu itu sudah jam 9.00 malam… badanku terasa gerah.. habis baca buku begituan… aku keluar kamar untuk mendinginkan otakku … kebetulan kamarku dan kamarnya tidak terlalu jauh … dan aku melihat pintunya agak sedikit terbuka…..

Tiba-tiba timbul pikiran kotorku… ah ingin tahu gimana bi Asih tidurnya… lalu aku berjingkat-jingkat mendatangi kamar tidur bi Asih.. pelan pelan aku dorong pintunya…. dan mengintip kedalam ternyata Bi Asih sedang tertidur dengan pulasnya… lalu aku masuk kedalam kamarnya… Kulihat Bi Asih tidur terlentang… kakinya yang sebelah kiri agak di tekuk lututnya keatas… dia tidur menggunakan kain kebaya tapi tidak terlalu ketat sehingga betisnya agak tersingkap sedikit… aku perhatikan betisnya… kuning bersih dan lembut sekali…. kemudian aku coba mengintip kedalam kebayanya…wah agak gelap hanya terlihat samar-samar celana dalam berwarna putih.

Aku menarik napas dan menelan lsudah… aku perhatikan wajah bi Asih kalo-kalo dia bangun tapi dia masih tidur dengan lelap… lalu aku memberanikan diri memegang ujung kain kebayanya yang dekat betisnya tersebut… sambil menahan napas aku angkat pelan-pelan kain kebaya tersebut keatas… terus kusibak kesamping…. dan akhirnya terbukalah kain kebaya yang sebelah kiri dan tersingkap paha bi Asih yang padat dan putih kekuning-kuningan… Aku kagum sekali melihat pahanya bi Asih padat, putih dan berisi tidak ada bekas cacatnya sedikitpun juga… lalu aku pandang lagi wajah bi Asih ..ah dia masih lelap… aku memberanikan diri lagi membuka kain kebaya yang sebelah kanannya… pelan pelan aku tarik kesamping kanan… dan wah akhirnya terbuka lagi… kini di hadapan ku tampak kedua paha bi Asih yang padat dan kuning langsat itu…… aku semakin berani dan pelan-pelan kain kebaya yang di ikat di perutnya bi Asih aku buka perlahan-lahan… keringat dingin aku rasa menahan ketegangan ini… dan burung ku semakin keras sekali …. akhirnya aku berhasil membuka ikatan itu.. lalu kubuka kekiri dan kekanan… kini terlihat bi Asih tidur terlentang dengan hanya di tutupi celana dalam saja…..

Aku benar-benar bernafsu sekali saat itu…. Kulihat perut bi Asih turun naik napasnya teratur.. kulihat pusarnya bagus sekali… perutnya kecil kencang tidak ada lemaknya sedikitpun juga.. agak sedikit berotot kali…. pinggulnya agak melebar terutama yang di bagian pantatnya agak sedikit besar. Bi Asih memakai celana nylon warna putih dan celana itu kayaknya agak sempit.. mungkin ketarik kebelakang oleh pantatnya yang agak gede.. jadi pas di bagian kemaluannya itu ngepas banget sehingga terbayang warna bulu bulunya yang halus… tidak terlalu banyak… dan bentuk kemaluan Bi Asih lucu juga agak sedikit menggunung kayak bukit kecil…….

Pelan pelan aku sentuh vagina bagian atasnya… terasa empuk dan hangat… terus pelan-pelan kucium tapi tidak sampai menempel kira-kira 1 milimeter di depan vagina tersebut.. wah tidak bau apa-apa.. cuma agak terasa hangat aja hawanya…. Kupandangi lagi vagina yang menggunung indah itu… wah ingin rasanya aku remas tapi aku takut dia bangun…. Kulihat dia masih tidur nyenyak sekali.. dan kulihat dadanya membusung naik turun… akhhh aku ingin tahu gimana sich bentuk payudara dari bi Asih……Pelan pelan kubuka baju bi Asih.. tidak terlalu sulit karena dia hanya pakai peniti saja tiga biji… dan satu satu kubuka peniti tersebut… lalu angkat geser kesamping bajunya… wah terlihat dada sebelah kiri dan kubuka baju yang sebelah lagi… Kini bi Asih betul betul hampir telanjang tidur telentang di hadapanku…

Ahh baru pertama kali dalam hidupku menyaksikan hal seperti ini… BH bi Asih nampak sempit sekali menutupi buah dadanya yang padat dan berisi…. Aku perhatikan buah dadanya… naik turun.. dan kulihat ternyata BH tersebut punya kancing cantel dua buah di depannya pas di tengah-tengah di depan belahan dada tersebut… dengan agak gemetar aku pelan-pelan buka cantelan itu….. satu lepas… dan waktu mau buka yang satu lagi bi Asih bergerak.. wah aku kaget sekali.. tapi dia tidak bangun kali lagi mimpi…lalu aku memberanikan lagi membuka cantelan yang satu lagi…. dan akhirnya terbuka…..

Aduh susunya indah sekali bentuknya besar hampir satu setengah kali bola tenis kali… terus warna pentilnya agak merah muda… bentuk susunya betul-betul bulat.. menonjol kedepan.. Aku pandangi terus kedua buah dada tersebut …indah sekali… apalagi bi Asih pakai kalung tipis warna kuning emas dan liontinnya warna ungu itu pas deket buah dadanya… serasi sekali….

Aku semakin bernafsu… jantungku berdetak kencang sekali.. ingin rasanya meremas buah dada tersebut tapi takut bi Asih bangun dan apa yang harus kulakukan bila dia bangun… aku mulai takut saat itu…. akan tetapi hawa nafsuku sudah memuncak saat itu. hingga lupa ama rasa malu tersebut… kini bi Asi sudah setengah telanjang.. tinggal celana dalamnya saja… aku ingin tahu juga kayak apa sih yang namanya vagina itu… terus terang aku seumur itu belum pernah melihat vagina asli kecuali di foto…

Aku cari akal gimana ya… tiba-tiba aku lihat di meja bi Asih ada gunting kecil… wah aku ada akal.. nih ku ambil gunting tesebut… lalu pelan-pelan aku masukan jari telunjukku ke samping celana bi Asih di dekat selangkangannya… aku tarik pelan-pelan agar dia tidak bangun… terlihat selangkangannya berwarna putih bersih.. setelah agak tinggi aku tarik celana nylon tersebut aku masukan gunting dan pelan pelan aku gunting celana dalam tersebut.. ada kali 10 menit aku lakukan itu akhirnya… segitiga yang pas didepan vagina bi Asih putus juga ku gunting… dan aku singkap calana dalam tersebut ke atas…..

Kini aku betul-betul melihat kemaluannya Bi Asih tanpa sehelai benang pun… vaginanya bentuknya rapat sekali kayaknya tidak ada lobangnya… bulunya halus tipis… samping-samping bibir kemaluan tersebut putih bersih agak sedikit gelembung tapi belahannya betul-betul rapat…

Wah aku betul-betul sudah nafsu buta saaat itu… Aku bingung gimana nich… ingin pegang vagina tersebut tapi takut dia bangun… Ah aku nekat karena sudah tidak tahan… lalu aku buka celana pendek ku dan celana dalamku….. wah penisku sudah gede banget kayak batu panjang dan keras.. lalu aku gosok-gosok burungku pakai tanganku sendiri sambil ngeliatin payudara bi Asih dan dan vaginanya….wah tersasa nikmat sekali.. rasanya burungku sampai bunyi greng.. greng gitu.. dan nikmat sekali… rasanya seperti mau pipis.. tapi tidak keluar-keluar. aku gosok lagi yang keras sambil ngebayangin kalo penisku itu sudah berada di dalam vaginanya … tapi tidak bisa juga keluar… ada kali 15 menit aku gosok-gosok burungku….

Akhirnya aku sudah tidak tahan dan nekat.. pelan-pelan aku naik tempat tidur bi Asih…… Aku ingat seminggu yang lalu bi Asih pernah dibangunin oleh mami Saya jam sepuluh malam, waktu itu mami Saya mau minta tolong di kerokin.. nah bi Asih ini waktu di ketok-ketok pintuhnya ampe setengah jam baru bangun.. dan dia minta maaf katanya bahwa emang dia kalo sudah tidur susah di banguninnya

Inget itu aku jadi agak berani mudah-mudahan malam ini juga dia susah bangun… lalu dengan sedikit agak nekat aku angkat dan geser paha bi Asih yang sebelah kanan terus melebar.. wah untung dia tidak bangun juga.. bener-bener nich bi Asih dalam hatiku punya penyakit tidur yang gawat.. aku geser terus sampai maksimal sehingga kini dia benar benar mengkangkang posisinya… aku berlutut tepat di tengah-tengah selangkangannya…….pelan-pelan aku tempelkan burungku di vaginanya … tapi lubangnya kok tidak ada… aku agak bingung …. pelan-pelan belahan daging itu ku buka pakai jari ku.. terlihat daging warna merah jambu lembut dan agak sedikit basah.. tapi tidak kelihatan lubang.. hanya daging berwarna merah muda dan ada yang agak sedikit menonjol kayak kacang merah bentuknya.. aku berpikir mungkin ini yang dinamakan klitoris oleh kawan-kawanku…. aku buka terus sampai agak kebawah dan mentok tidak ada belahan lagi… ternyata emang tidak ada lubangnya… aku bingung….. wah gimana nich…….. tapi aku sudah nafsu banget.. lalu pelan-pelan kutempelkan helm burungku ke vaginanya ternyata…ukuran helmku itu kayaknya kegedean sekali sehingga boro-boro bisa masuk….baru di bagian luarnya saja rasanya belahan vagina bi Asih sudah tidak muat….

Tetapi ku pikir sudah kepalang basah aku tempel aja helm burung ku ke vaginanya.. wah tidak bisa masuk hanya nempel doang… tapi aku bisa merasakan kelembutan daging bagian dalam vaginanya … enak sekali hangat….. aku gosok pelan-pelan……. dan vaginanya agak buka dikit tapi tetap aja kepala burungku tidak bisa masuk… makin lama makin enak… aku benar-benar sudah lupa daratan … dan gosokanku semakin kencang dan agak sedikit menekan kedalam… aku tidak sadar kalo dia bisa bangun… akhirnya bener juga ketika aku agak tekan sedikit dia bangun dan sepertinya masih belum sadar betul..

Tapi beberapa detik kemudian dia baru aja sadar akan keadaan ini…. dia menjerit dan. Bram ngapain… aduh tidak boleh .. pamali dia bilang.. terus dia dorong tubuh ke samping dan cepat-cepat dia menutup buah dadanya dan kemaluannya…. jangan…. Bram.. keluar…. Bram… Aku seperti di sambar petir saat itu.. muka merah dan maluuuu banget tidak ketulungan… aku ambil celanaku dan lari terbirit-birit keluar….. langsung masuk kamar……rasanya mau kiamat saat itu… .. bingung banget… gimana ntar kalo dia ngadu ke orang tua Saya…. wah mati Saya….. …..

Besok paginya aku bangun pagi-pagi… terus mandi… tidak pake sarapan aku pergi kesekolah…… di sekolah aku lebih banyak diam dan melamun… bahkan ada temen Saya yang godaain Saya dengan mengolok Saya… Saya tarik kerah bajunya dan hampir Saya tabok untung keburu di pisahin ama temen Saya…dan waktu pertandingan basket… Saya.. di keluarin soalnya Saya tonjok salah satu pemain yang dorong Saya…. wah bener bener kacau.. pikiran Saya saat..itu. Biasanya Saya pulang sekolah jam 12.30… tapi aku tidak langsung pulang tapi main dulu kerumah temen Saya ampe jam 5 sore baru Saya pulang…… Ampe dirumah… bi Asih sudah menunggu di depan rumah… dia menyambutku… kok lama sekali pulangnya .. bi Asih sampe khawatir….. tadi mami telepon dari Jakarta bilang bahwa mungkin pulang ke Bandungnya hari senin sore… soalnya kakakku masih belum melahirkan, diperkirakan mungkin hari minggu besok baru lahir.

Aku hanya tersenyum kecut.. dalam hatiku wah dia tidak marah sama aku… baik sekali dia… … aku langsung masuk kamar… dan mandi sore…… terus tiduran di kamar….. Jam 7.00 malam dia ketuk kamarku den.. den… makan malamnya sudah siap…. Aku keluar dan santap malam… lalu setelah selesai aku nonton TV.. dia beres-beres.. meja makan… selama dia memberekan meja.. aku mencuri-curi pandang … ah dia ternyata cukup cantik juga…badannya sedang tidak tinggi dan bisa di bilang langsing.. hanya ukuran dada dan pinggul bisa dibilang cukup gede……. bener bener seperti gitar……setelah selesai aku panggil dia… bi. bi…. tolong dong aku di bikinin roti bakar.. aku masih laper nich…baik den…. terus dia bikiin aku roti bakar dua tangkap….dan menghidangkannya di depan aku….dan dia langsung mau pergi….. tapi aku segera panggil lagi bi Asih jangan pergi dulu dong…….dia Jawab ada apa den…. ehmmmm itu bi emmm bi Asih tadi cerita tidak ama mami soal semalam….. dia senyum wah mana berani bibi cerita…. kan kasian den Bram…. lagian kali bi Asih juga bisa kena marah….wah lega hatiku… bi Asih makasih ya.. dan maaf ya yang tadi malem itu…maaf celana bibi Asih rusak.. soalnya… emmm soalnya…. aku tidak tahu harus ngomong apa…..Tapi kelihatannya bi Asih ini cukup bijaksana… dia langsung menjawab iya dech den bi Asih ngerti kok itu namanya aden lagi puber… ya khan…aku tertawa.. ah bi Asih ini sok tahu ah…. dia juga tersenyum terus bilang den hati-hati kalo lagi puber…jangan sampai terjerumus…… Kembali aku tertawa… terjerumus ke mana… kalo ke tempat yang asyik sich aku tidak nolak… bi Asih melotot eh jangan den… tidak baik…. Terus dia langsung menasihati aku… dia bilang maaf ya den Bram menurut bibi .. den Bram ini orangnya cukup ganteng… pasti banyak temen-temen cewek den Bram yang naksir… bi Asih juga kalo masih sebaya den mungkin naksir juga ama den Bram hi hi hi nah den Bram harus hati-hati.. jangan sampai terjebak… lalu di suruh kawin… hayo mau ngasih makan apa…

Tiba-tiba ada semacam perasaan aneh dalam diriku aku tidak tahu apa itu…. terus aku jadi agak sedikit berani dan kurang ajar ama dia….. Aku pandang dia…. terus aku bertanya… bi … bi Asih khan sudah pernah kawin khan… gimana sich bi rasanya orang begituan…….dia nampak terbelalak matanya dan mukanya agak besemu merah… lalu aku sambung lagi .. jangan marah ya bi.. soalnya aku bener-bener ingin tahu katanya temen-temenku rasanya kayak di sorga betul tidak… dia diam sebentar… ah tidak den selama bi Asih kawin 4 tahun.. bibi tidak ngerasa apa-apa… maksudnya gimana bi….masa bibi tidak begituan ama suami bi Asih… eh maksud bibi.. iya begituan tapi.. tidak sampai 1 menit sudah selesai…..

Aku semangkin penasaran.. ah masa bi… terus itunya suami bibi ampe masuk kedalam tidak…..
EEhhh ngaco kamu… dia tertawa tersipu-sipu… ehmm tidak kali ya… soalnya baru didepan pintu sudah loyo…. hi hi….. eh sudah ah jangan ngomong begituan lagi.. pamali dia bilang… lagian bi Asih khan sudah cerai 3 tahun jadi sudah lupa rasanya…. sambil tersenyum dia mau beranjak bangun dan pergi…. ehh bi bi..bi tunggu dong… temenin aku dulu dong…. lalu dia bilang eh sudah besar kok masih di temenin bibi sudah cape nich… tapi setelah ku bujuk-bujuk akhirnya dia mau menami ku nonton TV dan ngobrol ngalor ngidul tidak terasa sudah jam 9.00 malam.. diluar mulai hujan deras sekali… dingin juga rasanya… bi Asih pandai juga bercerita… cerita masa remaja dia… rupanya dia sempat juga mengeyam pendidikan sampai kelas 2 SMP…….

Aku duduk di sofa panjang.. bi Asih duduk di karpet bawah… terus aku panggil dia bi sini dech… tolong liatin dong ini ku di bagian pinggang belakang kok agak nyeri… bi Asih datang dan pindah ke sofaku.. mana den ini nich aku tarik tangannya kepingang belakang ku… .. lalu dia dia bilang tidak ada apa-apa kok… ….Saat itu tiba-tiba timbul lagi pikiran mesumku mengingat kejadian malam kemarin dan bi Asih tidak marah… kalo sekarang aku agak nakal dikit pasti bi Asih tidak bakalan marah…. Lalu aku bilang ini bi Asih tapi dia matanya meram ya…… dia tersenyum dan menganguk… lalu memejamkan matanya…. nah ini aku pikir kesempatanku….. aku pegang kecang-kencang pergelangan tangan bi Asih… lalu aku buka resleting celanaku dan aku tarik kebawah celana dalamku…. burungku masih setengah besar belum gede banget…….. Lalu aku tarik tangan bi Asih dan letakkan di atas burungku…. dia bilang ehhh apa ini… lalu aku bilang eh awas jangan buka matanya ya… dia nganguk dan tanya lagi apa sich ini kok anget… Begitu tersentuh tangan bi Asih penisku mulai berdiri dengan gagah sekali dan mulai membesar cepat sekali… rupanya dia curiga .. dan membuka mata… eh pamali dia bilang…. tapi aku tahan terus tangannya dan aku pandangi matanya.. dia tersenyum malu dan tersipu.. dengan lirih dia bilang jangan den tidak sopan….tapi aku bilang tolong dong bi… ingin banget dech…..

Kayaknya dia kasian sama aku… dia mengangguk… dan bilang.. cepetan ya den sebentar aja jangan lama-lama dan tidak boleh macam-macam…ntar kalo orang tua aden tahu dia kena marah.. dan dia bilang eeeh ih kok gede banget sich den…iya jawabku singkat…lalu tangan dia menggenggam burungku dengan lembut dia gosok-gosok dari ujung kepala sampai kepangkal burungku… kira-kira 10 menit… dengan agak serak dia bilang sudah belom den…..

Saat itu aku merasa melayang… dan ntah gimana tiba-tiba keberanianku timbul… aku pegang lengannya terus naik ke bahu… leher.. pelan-pelan turun ke dadanya… dia bilang eh den mau apa… tapi aku pura-pura tidak denger tanganku terus turun dan sampai kedadanya yang agak membusung kedepan.. dia agak sedikit bergetar badannya.. dia bilang dengan halus jangan den….jangan. tapi dia tidah menepis tanganku… aku semakin berani… pelan-pelan aku remas dadanya kiri kanan bergantian… nampak napas dia agak memburu.. aku semkin berani lagi… teringat akan bentuk buah dadanya yang indah tadi malam.. maka dengan sedikit nekat tangan ku mulai masuk ke BH nya …… ah susunya terasa lembut sekali…dia bilang lagi dengan lirih… den jangan …. aku tidak perduli…. lalu aku buka baju atas bi Asih dan ku buka juga BH nya… mula-mula bi Asih menolak untuk di buka tapi dengan agak sedikit maksa akhirnya dia pasrah… dan terbuka bagian atas badan bi Asih… susunya munjung membusung kedepan besar, putih dan bundar…. lalu mulai kuremas-remas bi Asih agak sedikit menggeliat…..napasnya memburu ……..aku ingat akan buku porno yang kubaca… lalu aku coba praktekkan…. ya itu aku mencoba mencium pentil dari payudaranya dan lalu aku emut-emut seperti mengemut permen…… wah kayaknya dia kenikmatan banget… napasnya memburu dan agak sedikit terengah-engah… waktu aku kenyot lagi pentilnya dia pegang kepalaku dan bilang den.. sudah den… sudah…. ah dia tidak tahan… katanya…..

Aku malah semakin semangat seluruh payudaranya aku jilatin aku kulum-kulum aku emut-emut….. dia semakin gelisah dan tangannya yang tadi mengocok-ngocok burungku kini berhenti bergerak dan hanya meremas burungku dengan kencang sekali… agak sakit juga rasanya tapi aku biarin aja…. Supaya lebih enak akhirnya aku buka baju atasnya aku ciummi lehernya, bahunya yang putih…. dan aku buka seluruh celanaku…sehingga dia bebas memegang burungku dan telurku bergantian…. Adegan ini cukup lama juga berlangsung hampir sejam… kali aku liat jam diding sudah jam 10.30…. Lalu aku rebahkan dia di sofa panjangku.. mula-mula dia agak sedikit nolak tapi aku dorong dengan tegas dan lembut dia akhirnya nurut aja… kini aku lebih leluasa lagi menciumi buah dadanya…. pelan-pelan agak turun … aku ciummi perutnya …. dia tampak agak kegelian…. aku semangkin terangsang… aku tidak ingat apa lagi yach yang harus dilakukan seperti di buku-buku porno…

Akhirnya pelan-pelan aku buka kain kebaya bi Asih… dia bilang eh den jangan mau apa… tidak tenang aja dech. aku bilang.. akhirnya kainnya copot sudah dan aku buang jauh-jauh…dia tinggal memakai celana dalam saja…. eh.. biarpun dia ini orang desa… tapi ternyata badannya bagus banget seprti gitar dan mulus banget. betisnya indah, pahanya kencang sekali… mungkin sering minum jamu kampung sehingga badannya terawat baik…..

Aku ciumi perut bi Asih terus turun kebawah… dan terus kebagian kemaluannya…. dia tampak mendorong kepalaku… jangan den… tapi lagi-lagi aku paksa akhirnya dia diam.. setelah dia agak tenang aku mulai beraksi lagi.. celana dalamnya kutarik turun… wah ini dia betul-betul melawan dan tidak kasih aku kesempatan dia pegangin celananya itu… tapi aku terus berusaha… adu tarik dan akhirnya.. setelah cukup lama dia menyerah tapi tetapnya tangannya menutupi kemaluannya… pelan-pelan aku ciummi tangannya akhir mau minggir juga dan kuciumi kemaluannya… dia tampak mengelinjang.. dan dia bilang jangan den… jangan den…. tapi aku ciumi terus….akhirnya suaranya itu hilang yang terdengar hanya napasnya aja yang terengah engah…. dibagian tengah vagina agak keatas vagina bi Asih ada daging agak keras seperti kacang… mungkin klitoris… nah klitorisnya ini aku jilat-jilat dan kadang-kadang aku emut-emut dengan bibirku…

Aku ciumi terus vaginanya .. dan tahu tahu aku merasakan sesuatu yang agak basah dan bau yang khas. dia tampak menggoyang-goyangkan kepalanya dan pantatnya mulai goyang-goyang juga… cairan yang keluar dari vaginanya makin banyak aja.. dan makin licin…. Ah aku sudah tidak tahan lagi rasanya…lalu kubuka kaos bajuku… dan aku juga sekarang sama bugilnya dengan nya …aku periksa lagi vaginanya.. yach masih seperti tadi malam tidak keliatan lobang apa-apa cuma daging-daging merah jambu mengkilat karena basah… aku coba tusuk pakai jari tanganku dan eh ada juga lubangnya tapi kecil banget pas sejari tanganku ini, rupanya lubang itu tertutup oleh lapisan daging… aku pikir-pikir apa cukup ya lubang ini kalo di masukin penisku…

Aku penasaran lalu aku bangun dan berlutut di pinggir sofa dan burungku aku arah kan ke vaginanya. Dia nampak terkejut melihat aku telanjang bulat dan dia hendak mau bangun… dan bilang den jangan sampai ketelanjuran… ya tidak boleh… aku bilang iya bi tenang aja… aku cuma mau ngukur aja kok… dan dia percaya lagu rebahan lagi… sambil bilang janji ya den jangan di masukin punya aden ke liang nya… iya jawabku singkat… lalu aku ukur-ukur lagi lubang vaginanya dengan penisku ternyata memang penisku ini tidak normal kali.. karena jangankan lubang yang didalam tadi itu yang seukuran jari telunjukku besarnya… bibir bagian luarnya aja tidak muat… aku mulai berfikir … wah bener kata Joko aku ini tidak normal….. lalu aku bilang ke bi Asih…. bi kok kayaknya lubangnya mampetnya… tidak ada lubangnya… dia mengangkat kepala… tahu ya… dulu juga burungnya suami bibi rasanya tidak pernah masuk sampai kedalam… wah aku pikir yang normal aku atau dia nich… tapi dasar sudah nafsu banget… tidak ada lubang …. lubang apapun jadi dech aku pikir… vagina dia semakin basah aku pegang-pegang terus…

Lalu aku tarik dia bangun dan ku ajak ke kamar… dia menolak ech jangan den… tidak apa-apa aku bilang…. aku paksa dia kekamar dan aku rebahkan dia di tempat tidur spring bed… kebetulan tempat tidur itu menghadap ke kaca jadi aku bisa liat di kaca… lalu aku naik di atas tubuhnya … dan dia agak sedikit meronta.. den kan janji ya tidak sampai di gituin…. iya dech aku bilang…. Aku lalu turun dari tubuhnya dan berlutut disamping tempat tidur lalu kutarik ke dua kakinya sampai pantatnya tepat dipinggiran tempat tidur lalu aku ciumi lagi vaginanya … dia kelihatannya senang diciumi lalu aku praktekkan apa yang aku baca di buku porno … aku masukan lidahku di sela-sela vaginanya.. terasa hangat dan basah .. lalu aku mainkan lidahku.. aku jilat-jilat seluruh daging berwarna merah muda yang ada di dalam vaginanya… aku jilat terus dan kadang kadan aku sedikit hisap-hisap bagian klitorisnyanya itu… dia tampak kegelian dan menggoyang-goyangkan pantatnya ke atas seolah-olah hendak mengejar lidahku…. terasa semakin basah vaginanya dan mungkin sudah banjir kali dan semakin banyak cairannya… semakin licin……….aku lalu bangun……dan aku dorong lagi dia ketengah tempat tidur dan aku timpah lagi tubuhnya…….

Aku ciumi lagi payudaranya yang keras dan kenyal itu… dia nampak mulai menikmati lagi dan agak sedikit mengerang-erang dan mengelus elus rambut kepalaku…. pelan-pelan aku kangkangin pahanya mula-mula dia agak melawan tapi akhirnya pasrah… dan kutaruh penisku tepat di tengah-tengah vaginanya…pelan-pelan aku dorong.. dorong penisku ke vaginanya… yang sudah mulai banjir dan mulai licin… aku merasa bahwa sekarang helm penisku sudah mulai terjepit oleh bibir vaginanya tapi tetap belum bisa masuk… pelan pelan aku tekan agak keras dia tampak agak menggelinjang dan bilang aduh den jangan di toblos den… aku tidak perduli aku tekan lagi tapi susah juga rasanya sampai dekok kedalam vaginanya tapi belum mau tembus juga… aku tarik lagi sedikit kebelakang dan dorong lagi tetap seperti tadi … tapi aku tidak menyerah aku tarik dorong tarik dorong ada kali 10 menitan.. dan waktu aku tarik-dorong itu terdengar bunyi ceprak..ceprok..ceprak… rupanya vagina dia bener-bener banjir… dan tiba-tiba aku mulai merasakan ada celah yang terbuka…. aku makin semangat tarik dorong tarik dorong… dia nampak mulai merem melek matanya… dan matanya membalik balik kebelakang….mulutnya mendesis desis… aku jadi semakin nafsu lalu aku kulum bibirnya.. dia menyambut ciumku dengan hot sekali.. baru pertama kali ini aku berciuman … jadi tidak tahu caranya tapi.. aku pake naluri aja aku isap-isap lidahnya .. wah dia makin membinal… dan celah di vaginanya makin terasa agak melebar… dan aku merasa kalau aku tekan agak keras pasti helm burungku ini bisa masuk.. ke dalam vaginanya… lalu aku ambil ancang-ancang… kebetulan kedua jari jempol kaki ku bisa masuk di sela-selah tempat tidur sehingga aku punya pijakkan untuk mendorong kedepan…
Pelan-pelan aku hitung dalam hati sambil tarik dorong tarik dorong satu… dua tiga…. empat …liiima aku tekan yang keras penisku ke vaginanya, bibir dia yang masih ada di dalam mulutku tiba… bersuara huhh…ehmmh hu pelan-pelan aku hitung dalam hati sambil tarik dorong tarik dorong satu… dua tiga…. empat …liiima aku tekan yang keras penisku ke vaginanya, sementara bibirnya yang masih ada di dalam mulutku tiba… bersuara huhh…ehmmh huhuu dan dia memundurkan pantatnya kebelakang… dia memandang ke padaku dan menggelengkan kepala …jangan… sakit… dia bilang… aku mengangguk.. lalu aku mulai kerja lagi.. tarik dorong… belum masuk-masuk juga.. helm penisku… tapi akibat dorongang tadi kayaknya agak sedikit terbuka….aku cari akal… wah gimana nich.. ya…. lalu kedua tanganku turun kebawah dan kumasukan kebelakang pinggangnya lalu turun sedikit kuremas-remas pantatnya yang besar … kayaknya dia tambah semakin terangsang… dan aku pikir ini lah saatnya… aku pegang pantatnya keras-keras dan kutahan sekuat tenaga..dan kuhitung lagi satu. dua tiga… tekaaaaannnnnn………dia tampak meronta-ronta… tapi aku tidak perduli terus kutekaaaaaaan dan blesssssss penisku masuk kira-kira sepertiga…dia meronta lagi…mungkin merasa sakit pada vaginanya karena penisku ukurannya kebesaran sekali sehingga aku juga merasa bahwa kayaknya lubangnya kecil sekali sampai-sampai penisku tidak bisa bergerak terjepit seperti mau dipress rasanya kurang enak juga sehingga dia berusaha mendorong pinggulku keatas tapi aku lebih cepat lagi… kutarik tanganku dari pantatnya dan ku pegang ke dua tangannya dan kutarik ke atas kepalanya dan kutahan…

Dia berusaha meronta… dengan mengeser pantat kekiri dan kekanan tapi aku tidak mau lepas… aku ikuti arah pergerakan pantatnya.. dia kekanan aku kekanan dia kekiri aku kekiri dia mundur aku maju…. dia agak merintih-rintih dan seperti orang makan cabai pedas…. dia memang kuat pinggangnya… terus goyang kiri dan kanan …. tapi aku terus tancap burungku yang sudah masuk sepertiga ke vaginanya…. akibat gerakannya ini mula-mula penisku yang tidak bisa bergerak akibat terjepit vaginanya mulai bisa bergerak dan aku aku malah semangkin terangsang karena dengan gerakan kiri-kanan gitu penisku terasa tersgesek-gesek oleh vaginanya. Terus aku tahan… penisku di dalam vaginanya dan memang saat itu rasanya lobangnya sempit sekali.. dan penisku terasa di emot-emot oleh vaginanya… Lama-lama gerakannya agak melemah dan nafas agak terengah engah… dan agaknya dia mulai bisa menerima kehadiran penisku di dalam vaginanya dan sakitnya mulai hilang…..

Pelan-pelan aku mulai beraksi lagi kutarik sedikit penisku keluar tapi buru-buru kutekan lagi kedalam. agar tidak lepas.. terasa agak sempit tapi enak karena vaginanya sudah basah banget jadi agak licin dan lancar pergerakkan penisku lalu aku terik sedikit..dan tekan kedalam.. kira-kira 5 menitan… aku melakukan hal itu aku benar-benar merasa nikmat sekali yang tak terhingga… lalu dengan amat sangat bernafsu aku mulai menekan lagi penisku agak masuk lebih dalam lagi… aku tarik dulu keluar sedikit lalu aku tekan keras-keras kedalam.dia menggelinjang.. dan bersuara … aduh.. huhh hmmm tapi suara desahan itu malah makin merangsangku dan kutekan dengan keras lagi dan .. blesssss masuk lagi penisku lebih dalam dia agak sedikit meronta.. mungkin agak sedikit nyeri… tapi aku tidak perduli aku tekan lagi lebih keras lagi… cabut sedikit tekan lagi… dia agak meronta-ronta… aku semakin nikmat sekali rasanya agak seperti mau kencang… aku semakin bersemangat… dan dengan sekuat tenaga..

Aku tekan tiba-tiba pantatku kedepan …. dan bleessssss penisku amblas kedalam vaginanya…. dia agak sedikit menjerit..dan berusaha mencabutnya dengan menggeser pantatnya kekiri dan kekanan lagi.. tapi aku sudah semakin pintar aku tekan terus dan kuikuti pergerakannya…. setelah dia tidak melawan lagi mulai aku cabut setengah dan kumasukin lagi .. begitu berulang-ulang.. nampaknya dia mulai menikmati dan dia kelihatan mengejang dan lalu memeluk aku keras-keras….. dan mulutnya mendesis desis… aku semakin bersemangat… dan genjotanku semakin keras dan kencang…. dengan kedua kakiku kukangkangkan pahanya lalu aku genjot lagi penisku keluar masuk….. kira-kira 10 menit.. dia mengejang lagi dan memelukku lebih kencang lagi.. kayaknya dia orgasme lagi…. dan… setelah itu dia kelihatan agak loyo… tapi aku merasa ada sesuatu yang akan keluar dari penisku … aku semakin keras mengocok penisku di dalam vaginanya…dan kulihat dari kaca.. bagaimana penisku keluar masuk vaginanya… bila aku tekan… tampak vaginanya dekok kedalam dan bila aku tarik keluar kelihatan bibir vaginanya ikut munjung ke depan……… kira-kira…. 15 menit … aku merasa helm kepalaku agak panas dan sret-sret…. ada sesuatu keluar dari penisku… aku merasa nikmat banget… aku tekan keras-keras penisku di dalam vaginanya… dan dia yang tadi sudah lemes tampak bersemangat lagi dan dia goyangkan pantatnya kekiri kekanan…. aku semakin kenikmatan… dan tiba-tiba terasa lagi seeer serr ada cairan keluar dari penisku… dan dia juga kelihatannya merasa nikmat juga…

Dia seperti mencari-cari sesuatu… Pantatnya naik-naik keatas dan tiba-tiba dia mengejang dan memelukku keras sekali dan kedua pahanya melilit keras di pinggangku… seperti orang main gulat…. aku tidak berkutik tidak bisa bergerak… dan terasa cairan dari dalam penisku semakin banyak keluar……. dia semakin menggila dia mengigit.. gigit… bahuku…. dan menjerit lirih.. den.. enak sekali den……… aku peluk dia keras-keras….. dan kami berpelukan kurang lebih lima menit……. penisku yang tadi keras kayak batu sudah mulai melembek… dan dia nampak tergelak.. lunglai di sebelahku…… Aku lalu bangun dan kucabut penisku dari vaginanya.. dan kulihat vaginanya…. … Aku pegang dan aku buka belahannya kini nampak ada lubangnya…. dan aku melihat di seprai dekat vaginanya banyak sekali cairan.. dan agak berwarna sedikit merah jambu…. aku agak kaget… dan bilang kepadanya… bi ….. bibi masih perawan ya………..dia tersenyum manis… dan menjawab… iya den soalnya selama bibi nikah… bibi belum pernah kemasukan…. karena mantan suami bibi dulu orangnya loyo…. baru nempel sudah banjir dan lemes…. Aku menggumam…. pantas susah banget masuknya…….terus dia nimpali bukan susah….tapi emang burungnya den bram yang kegedean…. bibi ampe hampir semaput rasanya……
Malam itu aku tidur berdua dengan dia di kamar Saya…. kita tidur telanjang bulat…. cuma di tutup pakai selimut…… pagi-pagi jam 5 pagi sudah terbangun…. dan penisku tiba-tiba mengeras lagi…. … tanpa permisi… aku langsung naik lagi kebadannya…..yang masih setengah tidur dan dia terbangun….. Aku kangkangin lagi pahanya kekiri dan kekanan… dia diam aja pasrah hanya memandangi perbuatan ku dengan sedikit senyum….. lalu penisku yang sudah mulai mengeras.. aku tempelkan lagi di depan vaginanya dan aku tekan-tekan… tapi tidak bisa masuk-masuk… bi asih tersenyum…. dan dia bilang sini bi asih bantu… lalu tangannya kebawah memegang penisku dan membimbing penisku tepat di muka lubang vaginanya bi asih.. terasa hangat… lubang itu dan mulai basah… ternyata kali ini tidak sesulit tadi malam… helm penisku dengan beberapa kali tusukan maju mundur… mulai bisa masuk kedalam tapi tetapnya aja terasa sempit walaupun vaginanya mulai basah dan licin… dan kelihatanya Dia juga merasa bahwa penisku luar biasa ukuranya… beberapa kali dia sedikit mengaduh… tapi… setelah vaginanya betul-betul banjir… dan penisku bias masuk seluruhnya.. dia mulai bisa menikmati… dan… pagi itu aku bersenggama dengannya sampai jam 7.00 pagi… Dia orgasme sampai 3 kali… dan aku muncrat juga tapi tidak sebanyak tadi malam……

Seharian kita males-malesan di tempat tidur… dan sore hari… kami melakukannya lagi……sampai jam 10 malem…. Senin pagi aku bangun dan bolos sekolah…. karena pagi itu sehabis mandi pagi dan sarapan…. aku rencananya mau berangkat sekolah …. tapi tiba-tiba aku menjadi nafsu lagi melihat dia baru keluar dari kamar mandi pakai handuk saja…. lalu aku tarik dia ke kamarnya …. ku buka handuknya ku ciumi payudara .. ku isap-isap pentil… dan kurebahkan dia di tempat tidurnya…. dan ku setubuhi lagi…. wah enak rasanya bi asih yang baru mandi karena bau badannya segar banget bau sabun….. dan aku bersetubuh dengannya di kamarnya senin pagi itu sampi jam 9.00 pagi… dan aku terpaksa membolos sekolah……

Sorenya orang tuaku pulang dari jakarta…… dan sejak saat itu aku kalau malam sering kekamarnya dan melakukan hal itu lagi.. dan kelihatannya dia juga mulai ketagihan seperti aku…. mami aktif organisasi dharma wanita… sehingga kami sering punya kesempatan berdua dan selalu tidak pernah menyia-nyia kesempatan itu…..

Hubungan ini berlangsung kurang lebih 3 bulan… lama-lama kayaknya mamiku mencium gelagat…. dan hari itu kira-kira sebulan lagi sebelum aku ujian akhir kelas 3 smp aku lihat pagi-pagi mamiku ada di kamar bi asih…..dan bi asih nampak tertunduk.. dan kayaknya agak sedikit menangis… aku tidak berani campur tangan….. dan waktu aku pulang sekolah…. dia sudah tidak di rumahku lagi… dia sudah pulang kampung di antar oleh sopir ayahku. Aku sedih banget saat itu..

Kenanganku Bersama Sonny

Kejadian ini sudah beberapa tahun yang silam. Sengaja kutulis untuk berbagi cerita kepada seluruh pembaca duniasex.com. Ini adalah tentang kisahku dengan Sonny yang kukenal secara tidak sengaja. Bagi pembaca yang belum tahu kisahku dengan Sonny, silakan membaca ceritaku terdahulu. Bagiku Sonny adalah cowok yang paling kuidamkan, di usianya yang ke 40 saat kukenal dia, Sonny cukup matang dan dewasa, orangnya penuh pengertian dan dapat membuatku benar-benar jatuh dalam pelukannya. Rumah tangga Sonny sebenarnya baik-baik saja, istrinya cukup cantik dan mereka dikarunia seorang putra yang cukup ganteng dan lucu.

*****

Pagi itu sebenarnya aku libur, lewat SMS seperti biasanya, aku selalu kontak dengan Sonny. Kami hari ini merencanakan untuk bertemu, aku pamit pada kedua orang tuaku akan berjalan-jalan ke Plaza Surabaya dan aku minta didrop di sana. Pada pukul 10 aku tiba di Plaza Surabaya dan langsung masuk ke dalam dan berjalan ke belakang, tujuanku adalah ke Hotel Radizon yang sekarang sudah berganti nama menjadi Plaza Hotel, letaknya di bagian dalam gedung Plaza Surabaya, karena memang aku sudah janji dengan Sonny akan bertemu di sana.

Aku segera saja masuk dan menuju coffee shop yang terletak di sebelah kiri lobby. Sonny sudah menungguku di sana sambil minum kopi. Begitu melihatku Sonny langsung berdiri menyambutku sambil menggandengku menuju lift. Kepada waiters Sonny minta agar billnya dimasukkan ke tagihan kamarnya. Rupa-rupanya Sonny sudah terlebih dahulu check in di hotel tersebut, kami langsung menuju lantai sebuah sweet room di lantai 3.

Dalam kamar, Sonny langsung memeluk dan menciumku, bibirku yang mungil tipis dikulumnya lembut. Kami saling berpagutan, lidah Sonny dijulurkan ke dalam rongga mulutku, kuterima dan kukulum lidahnya, demikian pula sebaliknya saat lidahku yang kecil bila dibandingkan lidah Sonny yang besar dan sedikit kasar kujulurkan ke dalam rongga mulut Sonny, langsung saja lidahku dikulumnya dengan penuh gairah.

Tangan kami saling meraba. Saat itu aku menggunakan hem agak longgar. Dibukanya satu persatu kancing bajuku, dadaku pun akhirnya terbuka dan payudaraku terpampang jelas karena aku memang tidak memakai BH. Pada ceritaku terdahulu sudah pernah kuceritakan bahwa memang sejak kecil aku tidak terbiasa memakai BH sehingga sampai kini usiaku sudah 28 tahun pun aku tetap tidak pernah memakai BH, namun saat kejadian yang kuceritakan ini, usiaku masih 23 tahun.

Sonny menggiringku lebih masuk ke dalam kamar, bibirnya masih tetap melumat bibirku dan tangannya langsung saja melepaskan hem yang kukenakan hingga bagian atas tubuhku sudah tidak tertutup oleh sehelai benang pun. Sonny langsung merebahkan diriku ke tempat tidur tanpa melepaskan lumatannya sedangkan tangan kanannya meremas-remas payudaraku. Badannya sedikit menindih dada kananku. Remasan tangan kanannya di payudaraku membuatku horny hingga rok miniku yang lebar bagian bawahnya yang kukenakan sedikit terangkat ke atas saat aku rebah di tempat tidur.

Aku yang sudah mulai horny langsung melucuti hem yang dipakai Sonny. Sonny juga membantuku melepaskan bajunya dengan mulutnya tetap melumat habis mulutku. Setelah itu kubuka kancing celana Sonny. Tangan Sonny berhenti sejenak menggerayangiku, dia melepaskan sendiri celana berikut CD yang dipakainya hingga kini Sonny sudah telanjang bulat di hadapanku. Batang kemaluannya yang besar kupegang dan kuremas-remas. Cepat sekali dia ereksi. Batangnya sudah mengeras sangat tegang sekali, kepalanya besar dan mengkilat, panjangnya sekitar 18 centimeter.

Tangan kanan Sonny kembali meremas-remas payudaraku, bibirnya kini menciumi leherku sambil memberikan gigitan-gigitan kecil, paha kanannya ditumpangkan ke paha kananku, lututnya digesekkan ke atas pahaku hingga membuat rokku tersingkap dan CD mini berenda yang kupakai jelas terlihat, warnanya merah maroon berbentuk renda seukuran satu jari melingkar di pinggangku, di bagian belakang tersambung renda dengan ukuran yang sama turun melingkari selangkanganku melalui belahan pantatku, tepat di bagian yang menutupi liang vaginaku terbuat dari secarik kain tipis tembus pandang, bentuknya seperti kain kasa yang ukurannya hanya selebar ukuran dua jari saja.

Saat rok miniku tersingkat ke atas, bagian depan CD-ku terpampang jelas, tampak sekali bulu-bulu halus rambut kemaluanku yang tersembul di dalam CD-ku yang transparan itu, selebihnya menyembul keluar lewat sela-selanya. Lutut Sonny menggesek naik ke atas tepat mengenai bagian luar vaginaku yang sudah mulai berlendir, sementara bibirnya menciumi bagian-bagian telingaku, lidahnya dijulurkan menjilati punggung telingaku, lubang telingaku pun dijelajahinya.

Tangan kanan Sonny turun dari payudaraku menuju rok mini yang kukenakan. Dengan piawai dia membuka pengait dan sekali sentak terlepas sudah, kini aku hanya tinggal memakai CD yang tidak ada artinya sebagai penutup tubuhku. Tangan Sonny langsung merogoh kelaminku dari atas celah CD yang kupakai, menyusup turun hingga mengenai bulu kemaluanku, ujung jarinya dimain-mainkan di bagian atas vaginaku menyentuh klitorisku. Dengan sengaja dikuak-kuakkannya ujung jarinya hingga aku menghentak-hentakkan kakiku.

Pantatku kugesekkan ke atas dan ke bawah mengikuti irama gesekan jari Sonny. CD-ku yang dianggapnya sebagai penghalang langsung diperosotkan ke bawah dan kubantu melepasnya dengan menggunakan jari kakiku. Kini kami sama-sama telanjang bulat tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh kami, mungkin layaknya Adam dan Hawa waktu dulu. Jilatan Sonny turun ke bawah dan berhenti di payudaraku, lidahnya menggelitik puting susuku yang ranum dan berwarna sedikit merah muda, buah dada kebanggaanku habis dilumatnya. Sonny pandai mencari G Spotku, semua celah habis dijilatnya.

Tangan kanannya setelah selesai melepas CD-ku langsung bergerilya di selangkanganku. Kakiku kukangkangkan lebar-lebar sambil merasakan nikmatnya belaian tangan Sonny di vaginaku. Jari-jarinya yang besar menggosok-gosok bagian luar vaginaku, mengenai bibir vaginaku dan jari tengahnya sengaja dimain-mainkan di atas klitorisku sehingga vaginaku benar-benar dibuat becek olehnya sehingga terkadang terdengar bunyi kecipak.

Tangan kananku tak mau ketinggalan untuk meremas dan mengocok batang kemaluan Sonny. Ciuman Sonny terus turun menuju perutku, lidahnya dimainkan di pusarku hingga aku mencapai puncak kenikmatan. Sementara tangan kananku masih menggenggam batang kemaluan Sonny, tangan kiriku menjambak rambut kepala Sonny. Aku pun akhirnya menyerah sambil melengking panjang.

“Aaa.. Aacch! Son..! Aku orgasme sayang..”

Serta merta Sonny memegang kedua lututku. Dengan telapak tangannya didorongnya lututku ke atas dan dikangkangkannya pahaku lebar-lebar sehingga bagian vaginaku terpampang jelas. Kepala Sonny diarahkannya ke selangkanganku, mulutnya langsung menyerbu mulut vaginaku, bibir vaginaku dijilatinya, semua cairan yang ada dijilat dan langsung ditelannya sampai habis. Seakan tidak puas, Sonny menjulurkan lidahnya menjilat belahan pantatku hingga lubang anusku, tak ketinggalan liang vaginakupun menjadi sasaran lidahnya yang dijulurkan dan ditusuk-tusukkan.

Nafsuku pun dengan cepat naik kembali. Gila..! Sonny rupanya benar-benar ingin membuatku mati lemas keenakan, bibir mulutnya mencium bibir vaginaku, lidahnya dijulurkan ke dalam mengorek-ngorek isi vaginaku, dinding bagian dalam vaginaku disentuh dengan lidahnya, sekarang digesekkan naik turun kemudian klitorisku dikulum-kulum, dijepit dan ditarik-tarik menggunakan bibirnya, jari telunjuknya ditusukkan ke liang vaginaku. Pertama memang agak sedikit sulit namun akhirnya masuk juga, di dalam liang vaginaku, ujung jarinya mengorek-ngorek isi vaginaku.

“Ooo.. Oocch! Soo.. Oonn! Ampun Son! Aduu.. Uuh! Teruu.. Uus! Son! Gila kamu! Aa.. Aacch!”

Aku orgasme untuk kedua kalinya. Sementara Sonny tetap melumat vaginaku, kembali seluruh lendir yang mengalir keluar dari dalam vaginaku dihisap habis olehnya. Sonny tidak ingin aku beristirahat, dia merangkak naik mencium bibirku, terasa bibirnya ada sedikit rasa asin sisa lendir vaginaku yang dijilatinya tadi.

Tangan kanannya kembali meremas-remas puting susuku, sementara itu aku merasakan benda lunak menempel di bibir vaginaku. Dengan tangan kirinya Sonny menuntun batang kemaluannya agar tepat di pintu masuk vaginaku. Setelah tepat langsung didorongnya. Dan.. Slee.. Eep! Slee.. Eep!, demikian suara gesekan batang kemaluan Sonny keluar masuk di dalam liang senggamaku. Sonny mengganjal pantatku dengan bantal sementara penisnya terus memompa maju-mundur mengocok vaginaku. Rasanya bukan main.

“Aduu.. Uuh!”, seruku enak sekali, karena sambil tetap mengocokkan batang kemaluannya, ibu jari tangan kanan Sonny ditempelkan ke klitorisku dan digesek-gesekkannya, sementara tangan kirinya meremas-remas payudaraku sambil juga memilin-milin puting susuku.

“Ooo.. Ooh! Son! Aku sudah hampir orgasme lagi”.


“Sebentar sayang! Kita keluarkan sama-sama”, kata Sonny sambil mempercepat genjotannya, juga gesekan ibu jarinya di klitorisku, aku hanya bisa menggeleng dan membanting kepalaku ke kanan dan ke kiri, dan..


“Oo.. Oocch! Uu.. Uucch!”, akhirnya kami orgasme secara bersamaan.

Aku tergolek lemas sementara Sonny tetap memelukku, hanya badannya miring sedikit di sampingku sehingga aku tidak tertindih oleh berat badannya, dan kami pun sama-sama tertidur pulas dalam keadaan sama-sama masih bugil. Sementara selangkanganku masih basah dan belepotan oleh cairan yang sedikit kental, itu adalah cairan cinta kami berdua yang sama-sama tumpah keluar hingga membanjiri selangkanganku dan sprei di bawah pantatku. Sisa cairan itu masih terasa mengalir pelan dari dalam liang vaginaku, mengalir keluar melalui celah pantatku turun hingga mengenai lubang anusku.

*****

Cerita ini khusus kupersembahkan buat seseorang yang namanya kusamarkan menjadi Sonny, tapi aku tak yakin Sonny akan membaca tulisanku ini, karena aku tahu dia bukan type laki-laki yang hobby menjelajah ke situs-situs sex seperti ini, namun siapa tahu secara kebetulan Sonny yang kumaksud tanpa sengaja menemukan situs ini dan membaca ceritaku, karena aku dulunya juga secara tidak sengaja menemukan situs ini setelah seseorang yang tak kukenal, iseng mengirimkan URL-nya ke emailku. Aku hanya ingin mengutarakan pada Sonny bahwa dia memang luar biasa dan hebat..!

Biografi Seksual

Namaku Marga Firliany P. Teman-temanku memanggilku Marga. Atau kalo lagi gaul biasa dipanggil Maggie, biar lebih ngegaya. Usia ada di mid twenty. Body nggak sexy-sexy amat: 165 cm / 55 kg, rambut sebahu. Ukuran dada-pinggul? Sampe saat ini biarlah cowok saya (dan temen deket yang nanti saya ceritain) yang tahu.

Yang mau saya bagi untuk teman-teman adalah pengalaman saya yang paling pribadi, semacem cerita biografi sexual saya, kegatelan-kegatelan saya, dan kegenitan masa ABG saya (dan beberapa rekan gang cewek saya). Tentu saja banyak detail yang sudah terlupakan, maklum sudah bertahun-tahun yang lampau.

Semuanya berawal di th. 1995, saat saya naik kelas 2 SMA di kota S, saat saya berjumpa dengan sahabat-sahabat (Aluh yang paling sexy dan paling nekat, Anik yang cuek, dan Ririn yang pemalu). Kami berempat kebetulan memiliki keingintahuan dan kegatelan yang sama tentang masalah hubungan pria dan wanita. Kami mulai sadar bahwa cowok-cowok mengarahkan pandangan kepada kami, dan kami menyukai hal tersebut. Sering kali kami saling bercerita bagaimana si A mencuri-curi pandang pinggul Aluh, atau si B yang menjulurkan lehernya berusaha mengintip belahan dadaku saat aku membungkuk untuk mengambil bolpoin jatuh, atau Ririn yang diintip ketiaknya waktu membenahi ikat rambutnya. Merupakan kebanggaan jika ada cowok yang difavoritkan di kelas kami mencuri pandang ke arah kami.

Kadang kami juga suka memancing perhatian, baik dengan berbusana seksi atau bertingkah laku menggoda. Misalnya menggunakan rok ketat dari bahan kaus yang mencetak pantat dengan jelas. Atau menggeliat dengan menarik tangan ke atas dan menekuk punggung untuk sekaligus memamerkan lekukan pantat dan payudara.

Salah satu kesukaan kami adalah acara ganti baju sebelum dan sesudah olahraga. Beberapa kali, tentu saja dengan mengunci pintu kelas sebelumnya, kami berempat dan beberapa cewek lain, nekat ganti baju di kelas. Satu persatu seragam kami berlolosan hingga tinggal bra dan celana dalam, sebelum berganti pakaian olah raga. Kami saling memperhatikan dan memperbandingkan kehalusan kulit, memperbincangkan model bra transparan yang dipakai si D, atau celana dalam Winnie the Pooh nya si Y. Dua tiga kali kejadian ada cowok yang mencuri lihat lewat lubang kunci, yang tentu saja kami tahu melalui bayang-bayangnya di celah bawah pintu. Namun kami cuek saja, berpura-pura tidak terjadi sesuatu. Malahan beberapa dari kami (termasuk saya) secara provokatif berpura-pura mengobrol sambil duduk di atas bangku, sambil membiarkan si pengintip menikmati tubuh kami. Bahkan pernah sekali saya dan Aluh pernah sengaja mencopot bra, lalu mengoles krim pelembap di dada, sambil sesekali melirik ke arah pintu berdoa semoga cowok itu masih di situ. Temen-temen cewek lain tertawa cekikikan sambil memuji kenekatan kami. Dan itu, pertama kalinya di kelas kami ada adegan seperti itu. Dan setelah itu beberapa teman cewek mulai berani meniru melepas bra di depan teman cewek yang lain, meski belum sampai taraf kenekatan Aluh dan saya.

Meski pernah mempertontonkan tubuh dan sering berakting seksi, kami berusaha untuk tidak terkesan murahan. Kami dengan cerdiknya memancing cowok untuk melirik dan menikmati indahnya lekuk tubuh kami, tanpa bermaksud menantang mereka. Pergaulan sehari-hari berjalan seperti biasa. Pancingan-pancingan omongan dari cowok nekat jelas nggak kami tanggapin. Prinsipnya, kagumilah kami. Lebih dari itu, no way.

Kegatelan kami semakin memperoleh penyalurannya di semester 4. Diawali dari Anik yang memperoleh buku porno dari seorang teman cowok, yang segera beredar di antara kami. Masih teringat jelas bagaimana sang tokoh merendam ‘barang’nya dengan teh basi setiap pagi sore untuk memperkokoh ototnya, bagaimana sang cewek tokoh utama kesakitan dan kemudian menikmati diperawani, bagaimana sang tokoh cowok menggoda dan menyetubuhi tetangganya, dan seterusnya. Beberapa kali kami mendiskusikan cerita itu. Tiap kata dan kalimat di buku itu membuat kami semakin penasaran.

Pada suatu hari, Anik kembali membikin ‘ulah’ dengan menawari tontonan vcd porno. Katanya sih dia ambil dari kamar kakaknya yang udah kuliah. Berhubung kami masuk siang, kami punya banyak waktu buat nonton di pagi hari. Kebetulan bapak ibu Anik bekerja, jadi kami tinggal atur waktu pas kakaknya kuliah. Dan di suatu hari Jumat pagi, kami berempat untuk pertama kalinya menonton vcd porno, pertama kali kami melihat penis menembus vagina, pertama kali melihat cewek mengulum penis, bagaimana clitoris digelitik dengan jari atau lidah, pertama kali melihat indahnya penis meludahkan cairan putih kental. Dan reaksi kami… awalnya terpana, terpaku, tenggorokan kering, dan kemudian cekikikan, dan saling berkomentar seperti “Gimana ya rasanya?” (waktu adegan oral atau adegan cowok menebar benihnya di mulut pasangannya).

“Wii… banyaknya…” atau “Enak ya, mas?” (adegan keluarnya air mani), “Mmm… pengeeen…” (adegan cewek orgasme), “Ayoo… tembak, mas…” (adegan cowok mo ngeluarin benihnya).

Dan itu adalah bekal saya untuk mengexplorasi tubuh saya sendiri. Di malam hari, setelah belajar, saya belajar untuk menyentuh tubuh saya, merangsang puting susu berdiri dengan rabaan ringan, cubitan lembut, atau dengan sentuhan ujung jari yang dibasahi dengan air ludah. Kemudian mencari-cari titik-titik di sekitar paha yang membuat ‘greng’ bila disentuh, menikmati gesekan pantat dan bantal, mempertemukan paha dan guling, meremas pantat sendiri. Dan tak terlewatkan, sentuhan di daerah kewanitaan.

Belaian di bibir luar, sentuhan ringan di klitoris, pelan-pelan membelai seputar liang persetubuhan, sambil berhati-hati untuk tak masuk terlalu dalam agar keperawanan tetap utuh. Mmmmh… orgasme-orgasme pertamaku. Bagaimana otot-otot daerah paha dan pinggul secara tiba-tiba terasa menegang, rasa lemas itu, rasanya takkan terlupakan. Hari-hari berikutnya aku belajar bahwa sentuhan di puting akan membuat orgasme makin kuat, bahwa orgasme dengan posisi terlentang sambil meregang punggung atau mengangkat kaki terasa lebih nikmat, bahwa dengan gesekan guling orgasme bisa didapat. Posisi tengkurap, terlentang, miring, duduk di kursi, bahkan berdiri sudah pernah kucoba. Telapak tangan, ujung jari, guling, bantal, kain lembut licin (semacam satin atau sutra), mug, atau es batu, pernah mengelus puting, membelai pinggang, menggelitik pantat, dan menyentuh pusat kenikmatanku. Kupelajari juga kalo benda dingin lebih dapat membuat syaraf kenikmatanku lebih terbuka.

Pengalaman menarik ini tentu saja kubagi dengan gank-ku. Anik dan Ririn cuma berani pakai guling. Aluh, yang memiliki kegatelan sama denganku, menganjurkan Anik dan Ririn untuk belajar menyentuh daerah kewanitaannya. Dan tanpa basa-basi, Aluh mengajak kami berempat untuk melakukan pesta ‘self service’. Acara direncanakan Sabtu pagi, di rumah Anik.

Sabtu pagi kami berempat udah ada di rumah Anik sekitar jam 7 pagi. Sebentar kemudian, mas K (kakak Anik) pergi, katanya mo maen tenis. Setelah itu, Anik menyiapkan kamarnya buat acara “have fun” kami berempat. Ririn bilang kalo ia sedikit gemetaran. Sementara Anik sibuk mengecek kunci pintu, menjaga agar pembantu tidak masuk sembarangan. Atas usul Anik, kami saling membuka baju satu sama lain sambil membayangkan cowok favorit kami yang melakukannya. Aluh mulai dengan melucuti baju, rok, dan bra Ririn, sementara saya dan Anik cekikikan menonton. Nampak sekali kalo Ririn gemetar, sentuhan nakal Aluh di puting membuat Ririn beringsut mundur, lalu menolak untuk dilepas celana dalamnya. Lalu aku dapat giliran ditelanjangi oleh Anik. Cuek saja, sambil memejamkan mata, aku nikmati sentuhan jari Anik di puting, pinggang, lalu pantat. Setelah itu giliran Anik ‘digarap’ Aluh, yang dengan berani mengelus pangkal paha Anik. Terakhir Aluh yang kutelanjangi, lalu kubelai putingnya yang mulai berdiri, kucubit lembut putingnya, kuremas pantatnya. Pokoknya semua jenis sentuhan yang pernah kurasakan kupraktikkan ke tubuh Aluh, yang nampaknya menyukainya. Aluh sempat memintaku untuk menyentuh kewanitaannya. Namun karena risih, kutolak permintaannya. Berikutnya kami berempat masing-masing mencari posisi yang enak, kemudian terbang ke alam khayalan. Setelah melewati puncak, kulayangkan pandangan ke Aluh, Ririn, dan Anik. Ternyata aku termasuk paling cepat mencapai klimaks, sehingga aku sempat melihat gaya sahabat-sahabatku merangsang diri. Satu persatu mereka mencapai puncak dengan gayanya sendiri-sendiri. Aluh terlentang, tangan kanan di pangkal paha tangan kiri mengusap dada. Ririn telungkup menjepit bantal. Sementara Anik duduk bersandar di tembok dengan kaki dilipat merangsang pangkal pahanya dengan kedua tangan.

Setelah semua ‘sadar’, kembali kami saling bercerita kenikmatan kami, saling berbagi teknik belaian dan informasi area ‘greng’, dan tentu saja, saling becanda seperti biasanya.


Tiba-tiba terdengar suara gerbang dibuka. Kami mengintip melalui jendela. Ternyata mobil kakak Anik (mas K) masuk garasi. Sejenak kami kebingungan, namun Anik langsung menutup gordin. Jadi kami nggak usah buru-buru berpakaian.

Sekonyong-konyong Aluh punya ide gila. Teringat waktu mengekspos dada di kelas, Aluh usul untuk bikin acara semacem itu dengan sasaran kakaknya Anik. Aku langsung setuju. Keinginan untuk dinikmati dan dikagumi muncul kembali dalam dadaku. Anik setuju dengan catatan dia nggak mau telanjang bulat. Ririn setuju dengan syarat yang sama. Kalo aku, justru pengen nunjukin miss V-ku, apalagi kepada cowok sekeren kakaknya Anik. Lalu kami ngebahas gimana pelaksanaannya. Kata Anik, setiap Sabtu kakaknya akan keluar sekitar jam 7 pagi buat latihan tenis, terus pulang sekitar jam 9 pagi. Karena kamar Anik di tepi jendela samping dekat garasi, kami punya kesempatan pamer pas mas K lewat jendela habis masukin mobil ke garasi. Rencananya, jendela dibuka, tapi gordin ditutup dengan disisakan celah di tepi jendela buat ngintip. Posisi juga udah diatur, Aluh di atas ranjang. Aku di karpet di bawah, bersama Anik. Ririn duduk di kursi belajar, membelakangi jendela. Dia sempat protes, entar nggak bisa liat expresi mas K, dong. pemecahannya gampang, taruh cermin di atas meja belajar, biar bisa liat mas K. Di karpet juga ditaruh satu cermin, kalo-kalo aku ato Anik tiba-tiba malu trus pengen membelakangi jendela. Sebelum pulang, Anik usul agar kami bawa kosmetik buat dandan sedikit, biar tambah cakep. Aluh dan aku sepakat untuk mencukur miss V sehari sebelumnya, agar lebih keren dan bisa kelihatan lebih jelas.

Dan hari Sabtu berikutnya, jam 7 pagi kami udah standby di rumah Anik. Kali ini agak lain. Semua terlihat nervous. Ririn terlihat pucat, Anik juga. Tanganku gemetaran. Maklum, ini pertama kalinya daerah paling pribadi kami berempat akan dilihat seorang pria. Cuma Aluh yang santai. Dia juga yang ngajakin kami berempat untuk mandi bareng biar fresh dan keliatan seger. Jadilah kami mandi bareng. Ternyata bukan cuma aku dan Aluh yang mencukur bulu miss V, Ririn dan Anik juga, padahal mereka rencana semula mereka nggak mau telanjang. Malu-malu, Ririn bilang kalo aja berubah pikiran pengen pamer, ‘kan keren. Anik idem. Abis mandi kami langsung dandan seperlunya, biar tambah cakep.

Jam 8 lewat udah siap. Kami berempat cuma pake baju atas plus celana dalam, rok dan bra ditinggal. Anik dan Ririn pake G string, biar bisa pamer pantat tanpa melepas celana. Aku dan Aluh manas-manasin biar mereka mau copot celana juga. Entar nyesel lho. Jawabannya nyantai: entar deh gimana. Trus nungguin. Anik membuka jendela, terus menutup gordyn, tak lupa menyalakan semua lampu yang ada. Atas usul Anik, sambil nunggu, kami mulai merangsang diri untuk pemanasan. Sesekali kami bergantian melongok ke jendela, mengecek apa “calon penonton” sudah datang.

Jam 9 kurang sedikit terdengar suara pintu gerbang dibuka. Aku dan Aluh melongok ke jendela, mastiin mas K yang datang. Ternyata bener. Aku buka gordyn sekitar 20 senti-an, trus lepas celana dalam dan melepas semua kancing baju, lalu baring-baring di karpet. Aluh udah telanjang bulat di atas ranjang sambil mengusap-usap putingnya. Anik dan Ririn juga udah mulai. Aku baring-baring santai sambil pelan-pelan membelai putingku. Sesaat kemudian, mas K lewat dan, pas sekali, menoleh ke arah kamar Anik. Aku pura-pura memejamkan mata, trus asyik dengan putingku. Pelan-pelan tanganku turun ke daerah paha. Mataku yang terpejam kubuka kecil, mau liat reaksi mas K. Ternyata dia lagi liat ke arah Aluh. Ah, sial bener. Saat ujung jariku menyentuh clitorisku, secara refleks aku mengerang, ternyata menarik perhatian mas K. Dan… dia melihatku, tepat saat aku membuka lebar kedua kakiku. Aku tambah semangat. Dadaku berdegup kuat sekali. Pelan-pelan kutekuk kedua kakiku, lalu kuangkat pinggulku, agar miss V ku dapat dilihat lebih jelas. Aku bersyukur dapat posisi di bawah, dekat jendela karena mas K dapat langsung melihat ke arahku. Aku naik turunkan pinggulku, sambil sesekali memicingkan mata mengintip mas K yang nampak sekali menyukai show ku. Dan acara itu ditutup dengan orgasme yang nggak akan kulupakan seumur hidupku: orgasme pertamaku didepan seorang pria!! Saat kubuka mataku, tanpa sengaja tepat saat mas K melihat ke arahku. Mas K tersenyum dan mengacungkan jempolnya ke arahku. Wow… dia suka. Meski dalam hati aku merasa lega dan bangga, namun aku pura-pura tidak melihat. Aku pelan-pelan mengancingkan bajuku. Kedua kakiku masih kubiarkan terentang lebar, sambil berharap semoga mas K melihat ke arah bagian tubuhku yang paling pribadi.

Kulayangkan pandangan ke seputaran kamar. Ternyata, lagi-lagi aku yang pertama mencapai puncak. Tak lama menyusul Anik dengan posisi terlentang dan kedua kaki diangkat ke dinding. Aluh berikutnya, terlentang di atas ranjang, kedua kaki diangkat. Dan terakhir Ririn, si pemalu, yang dengan berani melorotkan celananya sampai sebatas paha dan membungkuk ke arah meja. Miss-V nya mengintip di antara sepasang pantatnya yang putih. Keliatan juga dia terus memandang ke arah cermin di atas meja, memperhatikan mas K.

Setelah semua mencapai puncak, kulirik jendela, mas K udah nggak keliatan lagi. Aku tersenyum ke arah Anik, lalu ke Ririn, mengacungkan jempol tanda sukses. Aluh tersenyum mantap, berbisik “sukses!”.
Tiba-tiba terdengar bunyi berisik dari halaman. Kami berempat melongok ke jendela. Ternyata mas K jatuh tersandung pot bunga. Kami berempat tertawa cekikikan, yang membuat mas K menoleh ke arah kami. Secara reflek kami berempat menutup dada dengan tangan. Tapi mas K tersenyum ke arah kami, trus bilang percuma kami nutupin dada, soalnya dia tadi udah sempat lihat. Abis gitu dia minta maaf, katanya nggak sengaja liat acara kami. Bagaimanapun juga, mas K bilang kalo tubuh kami keliatan seger dan menggemaskan. Trus dia permisi masuk rumah. Kami sekali lagi kami berempat saling pandang dan tersenyum lega. Sukses. Apa lagi? orgasme udah dapat, pujian dari kakaknya Anik juga diperoleh.

Nggak seberapa lama mas K ngetuk pintu kamarnya Anik. Kami saling pandang. Mau apa? Buru-buru kami pake baju seadanya. Setelah dibukain pintu, mas K nawarin vcd porno punya dia. Katanya biar kami tahu tubuh cowok. Kami ketawa, trus bilang kalo Anik udah pernah ambil vcd itu dari kamarnya mas K. Aku tambahin, kalo udah pernah, yang belum itu aslinya. Enggak taunya mas K nanggapin serius, dia mau bantu kalo kami pengen liat cowok telanjang. Kami cuma ketawa cekikikan, nggak berani mutusin. Mas K bilang kami boleh mutusin kapan aja, lalu dia pergi ke kamarnya. Trus kami tutup pintu kamar, ngebahas tawaran mas K. Anik nggak setuju kakaknya jadi obyek sexual. Aku bilang nggak apa-apa, kami sama-sama saling lihat, jadi impas. Lagipula kakaknya kan keren, siapa tau aku, Aluh, atau Ririn entar bisa jadi pacarnya. Aluh dan Ririn setuju pendapatku. Jadilah. Aluh jadi juru bicara. Kami rame-rame ke kamarnya, lalu minta mas K buat njalanin tawarannya tadi. Dia tertawa lalu bilang okey, sambil minta waktu buat mandi dulu, soalnya keringatan abis maen tenis. Mas K mempersilakan kami masuk ke kamarnya, biar lebih enak, katanya.

Kami berempat duduk santai, nungguin mas K mandi. Kami ngobrolin show kami yang sukses tadi. Ririn banyak digojlok karena hari ini pertama kali dia mau menunjukkan miss V nya, bahkan dua kali, waktu mandi dan show. Aluh sesekali mengintip ke kamar mandi dan berkomentar wow keren… Abis mandi, mas K keluar dengan lilitan handuk di pinggangnya, rambutnya basah. Abis gitu dia duduk di karpet, ngajakin kami duduk di sekitarnya. Lalu dia cerita segala macam tentang cowok. Mulai dari apa yang disukai tentang cewek, apa yang diliat, kami jadi tau kalo cowok itu suka yang bikin penasaran, kemampuan ejakulasi maksimal seorang cowok, bagaimana membelai daerah paha dan bokong cowok untuk membuat ejakulasi makin kuat, supaya tidak tersedak kami harus menaruh lidah di ujung penis saat ia mau ejakulasi, dll.

Abis gitu dia nawarin kami untuk menyentuh tubuhnya. Mas K trus nyuruh kami bergantian meraba dada dan punggungya. Setelah kami semua dapat giliran, suasana agak cair. Kami mulai bisa cekikikan lagi. Terus Ririn tanya, boleh lihat ‘itunya’ mas? Mas K melepaskan handuknya, lalu membelakangi kami. Pelan-pelan dia menurunkan celana dalamnya, lalu berbalik ke arah kami. Dan… wow… pengalaman pertama melihat cowok telanjang secara langsung. Dadaku berdegup kencang. Tenggorokan langsung terasa kering. Keindahan otot tubuhnya, pantat yang kencang, warna pink bagian ‘kepala’ penis. Tak akan bisa terlupakan. Ririn pura-pura tidak melihat namun sesekali mencuri pandang, Anik cuek aja melihat kakaknya.

Abis gitu mas K ngajarin caranya bikin cowok tegang anunya. Mas K meminta kami untuk membelai itunya. Langsung aja itunya mas K berdiri. Kami pun cekikikan kembali.

Berikutnya kami diajarin ciuman, french kiss, necking, lidah, dll. Kami bergantian ditraining mas K, kecuali Anik, cuman bisa liat aja. Abis ciuman kami ditunjukin gimana rasanya diraba-raba oleh cowok. Prakteknya, kami diminta mas K menghadap tembok seperti penjahat diperiksa polisi di film-film. Aku dengan senang hati minta giliran pertama. Mas K menyarankan untuk melepas baju seminim mungkin. Aluh, Ririn, dan Anik memberi semangat. Pelan-pelan kulepas penutup tubuhku satu persatu, tanpa ada yang tersisa. Lalu aku berbalik menghadap tembok dan menyandarkan kedua telapak tanganku ke tembok. Tangan mas K mulai menggerayangi rambut, pundak, punggung, puting, pinggang, pantat, paha, kaki, termasuk daerah kewanitaanku. Kemudian aku disuruh duduk di kursi, lalu… oh my God… mas K menggelitik daerah kewanitaanku dengan lidahnya! Tak tahan, aku orgasme dengan suksesnya. Kakiku sampai gemetaran merasakan nikmatnya. Mas K lalu bertanya apa ini pengalaman pertama diraba cowok? Malu-malu aku mengakuinya. “Kirain udah biasa, habis shownya tadi hot bener”. kami cuma cekikikan. Satu persatu semuanya dapat giliran, termasuk Anik. Satu persatu, kami diantar mas K ke puncak birahi. Seolah tahu kalo kami suka dipuji, Mas K mengomentari keindahan tubuh kami. Katanya bokongku paling bagus, montok, kenyal, dengan kulit halus dan lembut. Dia juga bilang kalo aku beruntung karena gampang terangsang dan cepat orgasme. Payudara Anik paling sexy, putingnya yang tegak amat menggoda. Kaki Aluh panjang, mulus, dan indah, serta proporsi tubuh paling seimbang. Dan yang paling senang adalah Ririn, yang selain dibilang mas K paling manis di antara kami berempat, juga dipuji miss V-nya paling rapat, montok, dan menggemaskan. Aluh, aku, dan Anik sedikit iri dengan keberuntungan teman kami yang pemalu ini. Sementara Ririn sedikit tersipu namun kelihatan kalo dia menyukai pujian mas K.

Abis itu, Aluh minta mas K buat nunjukin air maninya. Ia ketawa, trus bilang kalian aja yang ngeluarin, sambil ngajarin kami metode untuk memaksa air mani keluar, dengan tangan atau mulut. Kata mas K, kami cuma dapat mencoba sebentar-sebentar, soalnya kalo udah terlanjur ejakulasi pasti lemes. Lalu mas K duduk di kursi. Aluh langsung minta giliran pertama. Ia berlutut di depan mas K, langsung mengulum itunya mas K. Lewat 10 menit, mas K minta berhenti, hampir keluar katanya. Aluh cuek dan meneruskan, tapi kami bertiga protes, takut nggak kebagian. Trus istirahat sejenak. Setelah itu giliran Anik, cuma pakai tangan. Trus Ririn, juga cuma pake tangan. Aku dapat giliran terakhir. Berlutut di antara kedua pahanya, aku mulai dengan membelai dan memelintir pelan-pelan. Mas K memejamkan matanya, keenakan. Kurasakan otot itunya mas K menggelitik telapak tanganku. Mas K bilang, diemut dong. Karena ragu-ragu, aku cuma berani mengecup kepalanya saja. Rasanya asin. Beberapa saat, mas K bilang mau keluar lagi. Aku cuek aja. Kugenggam itunya erat-erat dan kunaik-turunkan tanganku. Dan… kurasakan ada sesuatu yang bergerak cepat di saluran bagian bawah penis, dan… crut… cairan putih kental melejit beberapa kali dari ujung penisnya. Yang pertama menembak dadaku. Pinggul mas K terangkat. Yang kedua, saking kerasnya, mengarah ke bibirku Mmm… terasa asin. Mas K terpejam, terlihat keenakan. Setelah selesai puncaknya, dia tersenyum dan bilang terima kasih dengan lembut. Lalu mengambil tisu untuk mengelap dadaku dan bibirku yang belepotan benihnya.

Lalu mas K nawarin untuk ngajarin kami bersetubuh, kalo kami berminat. Kami cuma celingukan. Ririn trus tanya apa mahkota kami masih utuh jika udah pernah digituin. Katanya mas K, bisa ya bisa enggak. Aluh yang biasanya nekat kali ini juga nggak berani mutusin. Kata mas K, kalo kami udah siap, dia bisa bantu kapan aja. Abis gitu mas K bilang mo istirahat soalnya capek.

Di kamar Anik, kami ngebahas pengalaman pertama kami tadi. Rame banget. Kataku, enak Anik dong, serumah sama mas K. Anik bilang, “Husy! dia kan kakak, paling cuma raba-raba ajah.” Langsung aja aku, Aluh, dan Ririn bilang, “Huuu. itu ‘kan enak juga!” Ririn, dengan malu-malu, tanya apa mas K udah punya pacar. Kalo belum, mau jadi pacarnya. Aku nyautin, ijin dulu sama aku, aku udah pernah ngeluarin benihnya dan bikin dia orgasme, jadi mestinya dapat prioritas. Aluh langsung protes, soalnya dia yang tadi minta mas K nunjukin benihnya. Sementara Ririn dengan optimis bilang mas K pasti suka sama dia karena dia paling manis dan miss V nya paling menggemaskan di antara kami berempat. Rame lah pokoknya. Akhirnya kami janjian kalo kami nggak bakalan memancing-mancing mas K untuk dijadiin pacar, kecuali dia yang meminta sendiri.
Sahabat-sahabatku juga pada bertanya, gimana sih rasa cairan benih mas K? Gimana rasanya membikin cowok orgasme? Aku tersenyum, trus bilang minggu depan atau besok ‘kan bisa coba sendiri, tinggal janjian sama mas K. Dalam hatiku aku berkata yang ini biarlah untukku, akan kusimpan sendiri gurihnya rasa benihnya, rasa bangga mengantar cowok ke puncak kenikmatan, dan tatapan lembut mas K saat mengucap terima kasih.

“Kegilaan” kami berempat ternyata tidak membuat kami terhanyut. Buktinya kami masih bisa mempertahankan mahkota kami sampai lulus SMA. Setelah itu Ririn dan Anik melanjutkan kuliah di kota yang sama. Aku dan Aluh melanjutkan kuliah di kota M, dan kadang melanjutkan penyaluran bakat genit kami berdua.

Secret Lover

Jakarta, 18 November, 07.18 PM

Termenung saya dalam mini jeep yang saya kendarai, memandangi antrean kendaraan yang hendak memasuki gerbang Puri Agung Sahid malam itu. Sepasang janur kuning berukuran besar tampak menjuntai di kejauhan, menandakan acara apa yang sedang dilangsungkan di dalamnya.

Saya memang berniat menuju ke sana, sama seperti kerumunan mobil yang terjebak dalam antrean ini. Perlahan saya perhatikan mobil-mobil yang berjejal dalam antrean. Mini jeep saya terlihat seperti sebuah rumput liar di taman penuh bunga. Tepat di depan saya terpampang 735iL, lalu beberapa meter darinya tampak S320. Ada pula S70 dengan plat nomor BS di belakangnya, lalu masih banyak lagi mobil-mobil CBU yang bahkan dalam mimpi pun saya belum pernah melihatnya. Semuanya antri ingin memasuki halaman parkir perhelatan tersebut. Tiba-tiba saya tersenyum simpul, mengingat ucapan seorang yang saya tuakan dalam hidup ini. Katanya di Jakarta tidaklah heran menemukan orang kaya, yang mengherankan adalah menemukan orang jujur. Dan sudah jujurkah semua tuan-tuan bermobil mewah ini? atau lebih jauh lagi, sudah jujur pulakah diri saya?

Sebelum terlampau jauh, ijinkanlah saya memperkenalkan diri. Nama saya Ryo, 23 m Jkt (buat chatters yang nggak tau artinya, mending balik pake mesin tik aja kali yah, hehehe…). Yah saya memang bukan lagi Ryo 23 m Bdg seperti dalam kisah-kisah terdahulu. Kelulusanku dari sebuah fakultas teknik yang dikenal sebagai ekonominya teknik (karena banyak mata kuliah ekonomi dalam kurikulumnya) dari sebuah Universitas ternama di kota itu telah mengantarkanku mendapatkan pekerjaan di Jakarta beberapa waktu yang lalu. But one thing for sure, I’m not working at Tia’s office (untuk mengetahui tokoh ini, disarankan untuk membaca Walk Interview). Now I’m just an employee from one of an automobile industry in Indonesia, based on North Jakarta.

Kurang lebih 15 menit yang saya butuhkan sampai akhirnya dapat melangkahkan kaki dengan tenang menuju pintu gerbang perhelatan akbar tersebut, meninggalkan mini jeep saya yang terparkir nun jauh di sana. Setelah memasukkan amplop (yang saya yakin isinya cuma senilai kwaci bagi pasangan tersebut), mengisi daftar hadir dan mengambil souvenir yang dengan ramah diberikan oleh penerima tamu (pretty enough, but not my type), saya menyusuri elevator yang menuju ke lantai II, tempat acara tersebut diselenggarakan. Antrian tamu yang hendak memberikan selamat telah mengekor panjang dengan saya sebagai salah satu korbannya, dengan diiringi gending-gending Jawa yang terus mengalunkan nada-nada lembut daerahku. Di kejauhan tampak Linda, teman semasa SMA dulu, dalam rentangan waktu ’92-’95 yang lalu, tampak cantik dengan busana daerah Jawa, sibuk menyalami para tamu sambil sesekali menyeka keringat yang menetes di dahinya. Di sampingnya tampak suaminya yang terlihat cukup gagah. Yah…mereka berdua nampak sangat berbahagia malam ini.

“Ryo…, ma kasih yah mau dateng, kapan nih mau nyusul? kok sendiri?”, berondong Linda saat dengan lembut kusalami mereka di pelaminan. Saya hanya mampu membalasnya dengan tersenyum. Hhmm….menikah? bahkan memikirkannya pun tidak. Dalam dua atau tiga bulan lagi usiaku akan menginjak 24, ah…masih ada waktu cukup untuk bermain-main, melihat semua silau dunia sebelum pada akhirnya saya akan memutuskan untuk menetap dalam pelukan kedamaian seorang wanita. Kok sendiri? Pertanyaan itu yang masih menggayut di telingaku, saat satu per satu anak tangga pelaminan kuturuni. Seakan-akan dipurukkannya diriku dalam jurang kesunyian. Even an advounturer feels so lonely sometimes, seperti saat ini di mana diriku merasa sangat sendiri di tengah keramaian para tamu undangan. Hhh…sesak juga rasanya jika sisi sentimentil ini sedang terusik.

“Ryo…..ini kamu? Apa kabar?”, tiba-tiba sebuah suara wanita menghentakkan lamunanku, membangkitkan kembali diriku dari kesunyian yang baru saja kualami. Sejenak saya palingkan muka mencari sumber suara tersebut. Rasanya pernah sangat mengenalnya. Terus kutelusuri wajah para tamu sampai akhirnya kutertumbuk pada sesosok wajah yang cantik, lembut and of course, I’ll never forget. Revy, sahabatku di SMA dulu, tampak sangat anggun dengan kebaya modern bernuansa silver transparan yang dikenakannya. Revy… is that really you?

Tiba-tiba ingatanku terlempar pada beberapa tahun silam. Revy…. sebuah nama yang masih saja membekas hangat dalam setiap jejak ingatanku. Masih segar dalam ingatan bagaimana lekatnya kami berkawan semasa menempuh pendidikan di tahun terakhir kami pada sebuah SMA favorit di bilangan Slipi Kemanggisan dulu. Tidak ada seorang pun yang percaya bahwa kita tidak terlibat cinta. You’re both too close to be friends, there must be something special between you, dan masih banyak lagi yang nyata terngiang tuduhan dari teman-temanku dulu akan hubunganku dengan seorang Revy. Jujur di dalam hati pun saya pernah memimpikan hal yang sama terjadi.

Yah…saya memang hanya manusia biasa, yang terkadang sulit mengontrol perasaan dan harapan kala mana berdekatan dengan sesosok lawan jenis yang sangat kita kenal dan terasa sangat mengenal kita. Tapi pada akhirnya saya memilih untuk mendiamkan perasaan itu lewat, sambil membunuhi benih-benih rasa yang terlanjur tumbuh. Saya tidak akan pernah bisa kehilangannya sehingga jika saya tidak dapat memilikinya lebih dari sekedar teman, biarlah saya memilikinya sebagai seorang sahabat. Masih banyak lagi alasan mengapa saya memilih untuk tidak mengungkapkan perasaan saya terhadapnya. In fact, we live in different world. Revy adalah anak dari sebuah keluarga yang dapat di bilang sebagai konglomerat yang berkedudukan di Surabaya. Memang Revy tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut, bahkan dia akan marah besar jika ada yang menyinggung permasalahan tersebut. Namun saya juga harus tahu diri, biar bagaimanapun kesenjangan kelas sosial mau tidak mau akan menjadi kendala bagi berjalannya suatu hubungan, apalagi dalam usia remaja seperti kita. Di lain pihak, seusai bangku SMA, ia merencanakan untuk menuntut ilmu di Wina, Austria. Interior Design yang menjadi impiannya selama ini akan ditimbanya di negeri itu. And I don’t belive in long distance relationship, not a second…!! Dan memang kabar terakhir darinya adalah ketika kumelepasnya di boarding gate Bandara Soekarno-Hatta di suatu malam, lima tahun yang lewat. Kami berpelukan erat, sepertinya tidak akan pernah bertemu lagi. Wajahnya perlahan menghilang di kerumunan penumpang lain yang siap berangkat. Dan wajah itulah yang sekarang hadir lagi di hadapanku…..

“Ryo…, kok malah bengong? Masih inget saya nggak?”, sapa Revy ramai menyapaku. Ah… tentu saja saya ingat, peri kecilku. Tentu saja saya ingat kamu….

“Revy…?”, balasku tertegun, tidak mempercayai kehadirannya di hadapanku kini.
“Of course…, who else?”, seru Revy sambil meninju bahuku, “Siapa lagi temanmu yang secantik ini, hah?”, katanya lagi. Huh…pede sekali, tapi memang harus kuakui….

“Apa kabar Rev?”, balasku sambil menyalami hangat tangannya. “Lho kok sendiri, cowok kamu mana?”, tanyaku cepat saat menyadari lingkaran berwarna keemasan melingkar di jari manis kirinya. Ingin rasanya memeluknya, kalau saja………

“Mas Heru lagi nggak ada di Indo. Eh…tau dari mana kamu saya punya cowok?”, sahutnya tersadar kalau identitasnya terbongkar.

“Ah..wanita mana lagi yang mengenakan cincin emas di jari kirinya, kalau bukan pemberian seorang pria spesial”, todongku sambil cuek.

“Oh iya..yah…., eh kamu kok juga sendiri, cewek kamu mana?”, balas Revy nggak mau kalah.

“Saya memang masih sendiri kok, masih setia menantimu di ups….”, saya tidak mampu menyelesaikan kalimat, keburu sebuah cubitan mendarat di pinggangku.

“Hhhh….gemes…masih aja kayak dulu, ngegombalnya nggak ilangilang”, kata Revy sambil mengencangkan cubitannya di pinggangku. Tinggalah saya meringis-ringis menahan sakit, soalnya nggak mungkin teriak, banyak tamu sih…

Selanjutnya dapat ditebak, kami terlibat obrolan yang hangat dan akrab. Lima tahun tanpa kabar, dan kini tanpa sengaja bertemu di sebuah pesta pernikahan. Kabar si Anu, kabar si Itu, atau si Ini teman-teman kita dulu silih berganti mengisi topik pembicaraan. Seems just like yesterday….

Revy kini bekerja di sebuah konsultan interior design di kawasan Rasuna Said Kuningan, Jakarta. Tak jauh dari tempatnya tinggal, di sebuah komplek apartemen yang terletak di belakang sebuah Hypermarket made in France, di daerah yang sama. Katanya menimba ilmu, pengalaman dan sense terlebih dulu, untuk nantinya membuka usaha serupa dengan modal sendiri, itu jawabannya yang diberikan kepadaku saat ku tanya mengapa dia memilih untuk jadi “ekor naga”, daripada menjadi “kepala ayam” (buat mas dan mbak yang sudah terjun ke dunia kerja, pasti tahu istilah ini). Mas Harry, kakaknya semata wayang, kini sudah menikah dan dikaruniai seorang putra, menempati rumah mereka dulu di kawasan Puri Indah. Dan sebagai gantinya, Revy dibelikan sebuah unit apartemen yang ditempatinya hingga kini. Dan mas Heru, lelaki yang berhasil melingkarkan cincin itu, adalah tunangannya sejak setengah tahun yang lalu. Ia kini sedang menyelesaikan kuliahnya di Boston, USA. Mereka telah 3 tahun berkenalan, walaupun baru berpacaran setahun yang lalu. Medio tahun depan mereka merencanakan untuk menikah, segera setelah Heru menyelesaikan studinya.

Kami terus berbincang akrab, tanpa sadar jumlah tamu yang makin berkurang karena hari beranjak malam. Dengan berat hati, akhirnya kami berpisah. Sempat kuantarkan Revy menuju parkir mobilnya, sebelum akhirnya kita benar-benar berpisah.

Jakarta, 20 November, 12.06 PM

Saya sedang menikmati santap siang di kantor, berkumpul dengan rekan-rekan kerja saat tiba-tiba teleponku berbunyi, dengan nama Revy terpampang di LCD ku. Segera aku menyingkir dari meja sambil menjawab telepon.

“Halo….Ryo?”, terdengar suara wanita di ujung sana.

“Yup… Apaan Rev?”, balasku segera.

“Eh Ryo…sibuk nggak ntar sore?”, tanyanya kembali.

“Ntar sore? Hhmm…enggak tuh kayaknya”, jawabku, “Assiikkk… mau nraktir yah?”, sambungku dengan pedenya.

“Huh…ge-er…”, sahutnya cepat, “Revy cuman mau ngajakin nomat, abis lagi suntuk nih Ryo”. Nomat adalah singkatan dari nonton hemat, dimana setiap hari Senin kita mendapat potongan harga untuk membeli tiket (ah..semua juga udah tahu kok).

“Boleh tapi di mana?”, tanyaku lagi.

“Biasa…di tempat bersejarah kita dulu, masak sih kamu udah nggak ingat masa-masa indah kita berdua…, hahahaha….”, sambungnya diiringi gelak tawa candanya, “Revy tunggu di tempat biasanya, 1/2 6 teng yah…”. Kami masih sempat berbincang-bincang sebentar, sebelum ia menutup teleponnya. Tempat bersejarah? Ah… lamunan saya kembali menyusuri jejak waktu yang telah berlalu sekian lamanya. Pondok Indah Mall adalah tempat favorit kami untuk jalan-jalan semasa sekolah dulu. Revy bilang barangnya bagus-bagus, sedangkan menurut saya yang terbaik dari tempat itu adalah pengunjung wanitanya yang cantik-cantik, hahahaha….. Entah sudah berapa kali kami jalan bersama ke tempat itu. Nonton, main game (ding-dong tepatnya), makan, atau sekedar ngeceng. Beberapa kali pula kami tertangkap dating oleh teman-teman yang lain, sehingga makin meyakinkan mereka kalau kami tengah berpacaran. Dating? ah…mungkin itu hanya harapan saya yang kelewat batas menganggap even-even itu sebagai dating.

Waktu menunjukkan jam 17.24 WIB ketika saya melangkahkan kaki memasuki area pertokoan tersebut. “Tempat biasa” yang Revy maksud tentunya masih seperti yang dulu, tempat kita sering nongkrong bareng. Outlet St. Michael di lantai dasar, bersebelahan dengan Baskin 31 Ice Cream pasti yang dimaksudnya. Dulu kita sering nongkrong makan ice cream sambil memandangi produk-produk St. Michael dari luar kaca. Hahaha….terasa betapa masih kecilnya kami saat itu.

Seulas senyum telah menyambutku, sesampainya ku di sana. Revy telah tiba terlebih dulu, dan masih seperti dulu, tengah asyik menikmati sebuah cup ice cream rasa strawberry sambil bersender di dinding outlet pakaian tersebut. Setelah berbincang-bincang sambil menantinya menghabiskan sisa ice cream-nya, kami pun naik ke lantai teratas untuk melihat film apa yang sedang diputar. Pangsit goreng, mie bakso dan sebotol teh dingin. Masih saja seperti dulu makanan fave-nya kalau sedang main ke PIM. Restaurant spesialis mie yang terletak tepat di seberang sineplex masih saja kena di lidahnya, pun setelah bertahun-tahun di negeri orang. Kami makan agak tergesa, karena Charlie’s Angel akan ditayangkan tidak lama lagi.

Waktu sudah malam, ketika Cameron Diaz, Drew Barrymore dan Lucy Liu menyelesaikan aksinya di film dan memaksa kita untuk pulang. Seperti kemarin, kuantarkan kembali Revy menuju mobilnya. Kita menjadi semakin akrab, seperti seorang anak kecil yang tidak mau lepas dari mainan favoritnya yang telah lama menghilang. Yah…..Revy memang telah lama menghilang dari hidupku, dan entah kini apa maksud-Nya mempertemukannya kembali denganku.

Sesampainya di rumah, kubongkar kembali file-file lamaku, berharap mendapatkan secuil kenangan tentang Revy di situ. Dan saya berhasil mendapatkannya…..!! Dua lembar potongan karcis film “Speed” tertanda medio 94 yang lalu masih ada dalam salah satu file-file lamaku. Tersenyum ku seorang diri mengingat betapa lucu mimik wajahnya mengagumi sosok Keanu Reeves yang menjadi tokoh dalam film tersebut, 6 tahun yang lampau sambil terus mendesakku untuk mengikuti potongan rambut Keanu yang memang tengah mewabah saat itu. Hahaha…makin kayak tikus kecebur got donk kalau saya nekat memapras rambut saya meniru tokoh tersebut. Di lain pihak, entah mengapa saya suka menyimpan benda-benda yang mempunyai memori, mungkin saya adalah orang yang setia pada kenangan. Dan malam itu saya tertidur dengan senyum. Senyum tentang indahnya sebuah kenangan……

Jakarta, 1 Desember 2000, 03.19 PM

Lapar dan haus memang nyaris tidak saya rasakan, namun perasaan yang jenuh dan mengantuk yang tengah melanda diriku dengan hebat, sambil terus mencoba fokus memandangi General Managerku yang terus mengomel sepanjang memimpin rapat siang itu. Busyet…bosku ini pakai baterai apa yah, kok ngomelnya tahan banget dari tadi, pikirku sambil setengah mati menahan mata agar tidak terpejam. Memang sih dia tidak mengomeliku, namun rekan-rekan yang lain yang menjadi sasaran. Tapi tetap saja bikin bete kalau dengar orang yang ngomel melulu. Ini salah, itu salah. Ini kurang, itu kurang. Iseng kulirik ke luar jendela. Hhmmm…ruangan ini di lantai 4, kayaknya lumayan juga kalo GM-ku ini dilempar ke luar jendela, hahahaha……..

Tet…..bunyi teleponku sekali, cukup mengejutkanku. Saya rupanya lupa untuk men-set silent mode sebelum meeting tadi dimulai. Untung cuma SMS, coba kalau phone call yang masuk, bisa bikin ribut seruangan meeting donk. Sejenak kulirik SMS yang masuk. Ah…dari Revy yang mengajakku keluar mencari makan bersama sore nanti. Lumayan lah, malam libur seperti ini ada juga yang bisa dikerjakan. Berarti selesai meeting, saya harus menelponnya kembali untuk memastikan jadwal dating kita sore ini. Dating? hah? mimpi kamu…!!

Sejak kita bertemu lagi, memang sering kami berjalan-jalan seusai jam kantor. Hampir 2 hari sekali kami jalan, pun hanya untuk dinner dan mengobrol serta bercanda. Rasanya tidak pernah habis bahan obrolan kami. Entah mengapa kami makin terasa dekat satu dengan lainnya. Revy pernah bilang kalau jalan dengan saya banyak ketawanya. Dia bisa bebas bercanda, ketawa, bahkan sampai ngakak. Katanya lagi, komentar-komentar saya sering mengejutkannya, dan membuatnya tidak bisa berhenti untuk tertawa. Rasanya ramai, seperti waktu masih muda dulu, ujarnya lagi. Dia bilang belum ada seorangpun kecuali saya yang mampu membuatnya dapat mengekspresikan apapun rasa di dalam hatinya dengan bebas, tidak juga Heru, tunangannya. Katanya berjalan dengan tunangannya itu adalah jalan-jalan serius, dinner di tempat-tempat yang serius (maksudnya formal kali yah?), membicarakan hal-hal yang serius. Datar tanpa kejutan, tanpa gejolak. But I love him anyway, sambungnya lagi.

Tidak terasa semakin hari kita semakin dekat. Semakin sering kita jalan, ada sesuatu yang mulai mengikat perhatianku kepadanya. Semakin ku mengenal kembali dirinya, seperti saat-saat dulu. Ah….kalau saja cincin itu belum ada…..

Waktu menunjukkan jam 17.36 WIB saat kulangkahkan kaki memasuki lobby gedung kantor Revy, sebuah gedung dengan bentuk menyerupai kipas raksasa di atapnya. Saya memang menjemputnya kali ini, karena mobilnya telah expired surat-suratnya dan harus diuruskan ke pihak yang berwenang untuk perpanjangannya. It takes one or two days, katanya. Telah kutelepon dari lahan parkir tadi, mengatakan bahwa saya akan menunggunya di lobby. Yup…, itu dia. Revy telah menunggu di lobby. Setelan celana panjang hitam dengan blazer senada menutupi kausnya yang berwarna biru muda sangat chic dikenakannya.

Kemacetan Jakarta sore hari telah memaksa kami untuk membongkar kotak kue Revy lebih dulu di jalan ketika jam di mobilku menunjukkan pukul 18.02 WIB. Sebuah restaurant Korean Food yang terletak di BBD Tower (kini Bank Mandiri) di kawasan Diponegoro yang menjadi referensinya kali ini. Katanya dari situ kita bisa makan sambil menikmati gemerlapnya lampu Jakarta di bawah sana dari puncak gedung tersebut. Mendengarnya mengingatkanku pada kafe-kafe di bilangan bukit dago pakar Bandung, tempat kita bisa menikmati city view Bandung sepuas mungkin sambil menghirup dinginnya udara pegunungan, sebuah pemandangan yang selalu menjadi fave saya sampai kapan pun. Andaikan Revy sempat pula merasakannya…. Kali ini Revy memang benar. Indah sekali menyaksikan gemerlapnya Jakarta dari atas sini. Lampu-lampu dari gedung maupun penerangan, berwarna-warni menghiasi pemandangan kota di malam hari. Di bawah sana tampak permainan ornamen lampu dari sebuah restaurant steak terkenal berpendar-pendar indah. Bagus memang, tapi tetap ada sisi romantisnya yang hilang. Tidaklah sesakral city view Bandung, di mana kita dibuat menyatu dengan alam, merasakan sapaan lembut angin yang menghembus wajah kita, tanpa batas dinding kaca dan pendingin ruangan seperti sekarang ini.

Namun dengan Revy di hadapanku, apalah yang menjadi kurang bagus? Memandang senyumnya saja seakan mampu memadamkan setiap lampu kota yang ada di bawah sana. Hiperbolik memang, tapi bukankah begitu rasanya fall in love? Hah? Jatuh cinta? mimpi kamu…!! “Lucu yah Ryo, kalau ingat dulu kita sering dikira pacaran”, katanya di tengah obrolan. “Iya.. dan kalau mereka melihat lagi apa yang kita lakukan sekarang, pasti semua kaget menyangka betapa awetnya kita pacaran, hahahaha…”, sahutku.

Dan kami pun tertawa bersama. Seringkali kami berjalan bersama, tidak satu kata cinta pun terucap, pun setelah bilangan tahun telah berlalu. And now what a perfect situation…. Delicious food, good place, romantic sight, beautiful face, fire in the heart, unless…… unless one thing…………, ring in her hand. Huh……

Masih sempat kulirik jam yang menempel di dinding ruang tamu Revy menunjukkan pukul 22.42 WIB saat kami memasuki unit apartemennya. Sebuah unit apartemen kecil yang asri, dengan 2 kamar tidur dan teras dengan pemandangan menghampar menuju Jl. Casablanca, jelas terlihat dari lantai 7 ini. Revy meninggalkanku sendiri di ruang tamu, saat ia meminta ijin untuk sebentar ke kamar kecil. Hhmm.. penataan ruangan yang bergaya minimalis namun dengan paduan warna yang terang dan berani mewarnai desain interor ruang tersebut. Iseng kusibakkan tumpukan CD yang berserakkan di karpet. Chaka Khan, Toto, Whitney Houston dan ah…Syaharani…, sama seperti kasetnya yang selalu kudengarkan di mobil saat pulang-pergi kerja. Perlahan kumainkan dalam stereo set, selembut suara Syaharani melantunkan “Unforgetable” beberapa saat kemudian.

Kuhempaskan tubuhku di atas sofa, saat tak lama kemudian Revy bergabung denganku, membawa dua kaleng coke dingin untuk kembali mengobrol dan bercanda, cekikikan dan tertawa lepas. God damned, I hate those ring……

Malam semakin larut, ketika kuputuskan untuk berpamitan dan pulang. Why does it feel so hard everytime I say goodbye, seems like I won’t never see her again ….? Sepatu kiriku baru saja kukenakan, saat tiba-tiba dari belakangku terdengar suara Revy bertanya, “Ryo, kita sudah lama berteman, and I think I’ve already knew all about you, except one thing”, Revy menahan nafasnya sejenak untuk kemudian melanjutkan, “…and may I know about it now? and please answer the truth”.

“Sure whatever you want to know, just ask me”, tanyaku terheran. Sebenarnya mau nanya apa sih nih anak?

“Ryo, have you ever had some different feelings about me?”, tanyanya tergugup.
“What do you mean with different feelings?”, balasku tak kalah kagetnya.
“Come on Ryo, you know what I mean. Don’t make it harder for me, please….”, kata Revy dengan wajah memelas.

“Why should you know?”, tanyaku lagi untuk menghindar.

“I just have to know, Ryo. Please answer me…”, balasnya sedikit memaksa. Shit….!! What should I do? Tell her everything I’ve been feeling about her? or just lying and tell her everything is right? Perang batin berkecamuk seketika, membuatku ragu untuk memilih apa yang akan kukatakan kepadanya. Waktu merambat perlahan, sampai akhirnya saya menyerah dan memutuskan untuk menceritakan yang sebenarnya. Pikirku toh dia sudah menemukan cinta sejatinya dan sebentar lagi akan menikah. Pengakuanku mungkin hanyalah sebuah intermezzo dalam jejak-jejak hidupnya. Dan lagipula kita sudah sama-sama dewasa, pasti dapat menerima keadaan seberapa buruk pun.

“Have I fallen with you, is that what you wanna know, Rev?”, tanyaku pada akhirnya. Revy hanya terdiam dan tertunduk sembari memainkan ujung blazernya dengan kedua tangannya.

“Yes Rev, I have fallen with you. In fact I have been falling in love with you since we’re in school”, jawabku mencoba untuk tegas. “Apakah saya pernah jatuh cinta sama kamu, Rev? Jawabnya pernah, bahkan selalu…. Saya selalu mencintaimu”, lanjutku tidak kuat lagi menahan endapan perasaanku padanya. Sunyi keadaan setelah itu. Menit demi menit berlalu tanpa kutahu apa yang harus kulakukan. Marahkah dia padaku? Jika tidak, mengapa dia terdiam begitu lama? Lalu saya harus bagaimana? Meninggalkannya begitu saja, atau harus tetap tinggal untuk melihat reaksinya? Sekonyong-konyong Revy menubruk tubuhku, memelukku erat sambil menangis. Saya hanya mampu balas memeluknya sambil mengusap-usap rambut sebahunya yang terurai di pundaknya. What’s wrong honey? “Kamu jahhaaattt……!!”, serunya tiba-tiba, masih sambil menangis dan memukuli dadaku dengan kedua tangannya. “Kenapa kamu baru mengatakannya sekarang? Tahukah kamu Ryo, betapa setianya saya menyimpan cinta untukmu selama ini, sampai akhirnya saya memutuskan untuk memberikannya kepada orang lain?”, serunya lagi sambil sesunggukkan.

Tiba-tiba dunia terasa berputar hebat mana kala saya mendengar pengakuannya. Revy selama ini mencintaiku? Oh My God….. I’ve found someone who understand me best, and I just let it slip away? Sesak rasanya nafasku demi mendengar semuanya. Those ring….those ring takes my happiness away… Menit demi menit berlalu kudengarkan seluruh cerita Revy, mendengarkan bagaimana dia terus mengharapkan perkataan cinta dari bibirku, bahkan sampai saat dia menuntut ilmu ke luar negeri dan kami tidak pernah berkabar berita lagi. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk menerima cinta Heru dan belajar untuk mencintainya, karena cinta Heru adalah kenyataan baginya, sedangkan cinta saya hanyalah sebuah mimpi. Saya tak tahu harus berkata apa. Yang saya lakukan hanya berusaha meredakan tangis dan menyekakan air matanya dengan sapu tanganku. Beberapa saat hingga akhirnya keadaan Revy cukup tenang, dan kami masih terus saja berpelukan.

I think of you every morning, dream of you every night Darling I’ll never be lonely, whenever you’re inside I love you, for sentimental reasons……

Alunan suara Syaharani lembut melantunkan sebuah tembang lawas “For Sentimental Reasons”, makin menghanyutkan kami berdua dalam sebuah dekapan erat yang menyejukkan. Tanpa sadar tubuh kami bergerak perlahan mengikuti alunan lagu. Ya… tanpa sadar kami berdansa, diiringi lembut musik yang keluar dari stereo set di buffet ruang tamu. Dari jendela masih terlihat Jakarta yang terang, seakan sengaja menyisakan kehangatannya untuk kami berdua.

Kami terus tenggelam dalam suatu dansa yang lembut dan romantis, bahkan setelah musik berhenti dimainkan sekalipun. Kami hanya bergoyang lembut, mengikuti kata hati semata. Perlahan kukecup lembut keningnya. Terasa bagaimana ia mempererat dekapannya. Kudongakkan perlahan dagunya, masih sempat terlihat olehku bagaimana Revy memejamkan kedua matanya, sebelum akhirnya kucium bibirnya penuh perasaan…..

Kami berdekapan dan berciuman erat, larut dalam galau emosi dan kerinduan yang sekian lama tak terkatakan, bahkan dalam bilangan tahun sekalipun. Segala macam rasa yang pernah kami rasakan, seakan kami tumpahkan pada sebuah ciuman yang dalam. Lembut kuangkat tubuhnya hingga kini ku menggendongnya setelah beberapa saat kita bercumbu, sambil terus berciuman. Perlahan kuberjalan ke sofa dengan tetap merengkuhnya dalam dekapan.

Tiba-tiba kurasakan ruangan menjadi gelap, tatkala tangan Revy berhasil menjangkau saklar lampu yang terletak di dekat pintu utama. Sunyi senyap gelap, hanya desahan nafas kami berdua yang sedang dihanyutkan cinta. Kini kami terduduk di sofa, dengan Revy dalam pangkuanku. Kami masih terus saja berciuman, semakin dalam. Perlahan kutanggalkan dua buah kancing blazernya, untuk kemudian jatuh terjuntai ke karpet. Revy pun berusaha melepaskan satu per satu kancing kemejaku, hingga pada akhirnya ia berhasil mendapatkan kemejaku dalam genggamannya, untuk kemudian dijatuhkannya pula ke karpet. Kami terus bergumul dalam paduan kerinduan yang tak terbilang. Tak kuingat jelas bagaimana masing-masing kami kehilangan kain penutup tubuh satu per satu, sampai akhirnya kami hanya tinggal mengenakan kain penutup tubuh yang terakhir. Kucumbui dada Revy penuh kehangatan, ketika kurasakan lembut tangannya menyusup ke balik celana dalamku, menurunkannya dan menggenggam erat kejantananku dengan telapak tangannya. Ugh…sungguh suatu sensasi yang tak terkatakan.

Kuturuni centi demi centi tubuh Revy dengan menyisakan bekas- bekas pagutan berwarna keunguan pada sekujur tubuhnya. Nafas Revy terus memburu, dan makin memburu ketika perlahan kusingkapkan celana dalam bernuansa biru muda, sedikit-demi sedikit menyusuri kedua kakinya yang jenjang hingga akhirnya terlepas seluruhnya.

Kini keadaan kami tak ubahnya tatkala pertama kali kami dilahirkan, tanpa selembar benang pun menutupi tubuh kami berdua. Perlahan kubuka paha Revy dan mengarahkan wajahku ke sana. Bagai tersengat, nafas Revy tertahan ketika ia mulai merasakan sesuatu yang lembut membelai organ kewanitaannya. Lembut sekali kumainkan lidahku di liang kewanitaannya, memberinya suatu sensasi oral yang tak terkatakan. “Ryo….uuhhh….hhhmmm…”, terdengar lembut suara Revy berbisik, di antara desah nafasnya yang memburu.

Terus kuperlakukan dia dengan penuh kasih sayang. Jilatan lembut diselingi gigitan kecil dan hisapan perlahan terus mendera organ kewanitaannya, membawanya makin tinggi terbuai dalam gulungan hasrat yang perlahan-lahan merambati seluruh aliran darahnya. Menit demi menit berlalu hingga….. “Ryooo…aahhhh…”, serunya tertahan seraya mencengkeram rambutku. Puncak itu telah datang menderanya, menenggelamkannya pada jurang kenikmatan hingga dasarnya. Saya hanya mampu memandanginya saja. Bagaimana indahnya ekspresi Revy terbuai alunan orgasme yang baru saja hadir menyapanya mampu mengalahkan segala keindahan yang pernah saya saksikan sebelumnya.

Kubiarkan Revy mengejang detik demi detik puncak yang baru saja dilaluinya untuk kemudian mulai dapat mengatur nafasnya kembali. Kurasakan tangan Revy lembut menepis tanganku yang telah menggenggam latex pengaman. “Don’t use it, I wanna feel you inside me completely….”, bisiknya lembut di telingaku seraya menggenggam kejantananku dan menuntunnya ke dalam liang kewanitaannya.

Hangat dan mendebarkan rasanya tatkala ujung kejantananku menempel pada bibir vaginanya. Terasa sentuhan lembut tangan Revy pada pinggulku dan mendorongnya ke depan untuk menghujamkan kejantananku dalam tubuhnya. Terasa suatu sensasi yang sangat menyesakkan dan mendebarkan, ketika kunikmati mili demi mili kejantananku menembus organ kewanitaan Revy. Ekspresi wajahnya yang terlihat sangat menikmati penetrasi tersebut makin membuatku serasa terbang dibuai kenikmatan. Hingga pada akhirnya terasa kejantananku terbenam utuh dalam tubuhnya, seutuh seluruh perasaan cintaku padanya yang selama ini kusimpan. Sayu matanya memandangku, kukecup lembut keningnya sebelum akhirnya kami tenggelam ke dalam suatu persetubuhan yang sangat indah, dimana galau hati dan rasa cinta bercampur aduk menjadi satu di dalamnya.

Kini Revy terbaring di sofa dan diriku dengan posisi setengah terduduk terus memompa kejantananku keluar masuk tubuhnya. Kaki kirinya terkulai di pundakku, saat kaki kanannya terjulur ke karpet. Kami terus bersetubuh dengan sangat intim, seakan tiada lagi hari esok bagi kami. “Ryooo……hhhmmm…aahh..”, jerit Revy lirih saat sesekali dirasakannya kejantananku mendesak hebat liang kewanitaannya.

Waktu terus berpacu, seiring berpacunya hasrat kami menyatukan seluruh rasa dan raga kami berdua. Makin kurekatkan persetubuhan ini saat kurasakan Revy mulai mendekati puncak keduanya. Dan… “Ryoooo…..aarrggghhh..hhhmmppff.”, suara Revy sungguh mendebarkan terdengar. Puncak kedua telah datang merenggutnya kembali dan menenggelamkannya dalam gulungan nafsu dan kenikmatan yang seperti tiada berujung. Belum selesai Revy melepaskan seluruh ekspresinya, dengan cepat kucium bibirnya dalam. Terdengar lirih jeritan-jeritan kecil sisa orgasmenya saat kami berciuman. Dengan tiba-tiba kutarik tubuh Revy dan mendudukkannya dalam pangkuanku. Kini wajah kami berhadapan dekat, dengan Revy dalam pangkuan. Kembali kutikamkan kejantananku dalam kewanitaannya, seraya meremas buah pinggulnya dan menaik-turunkan tubuhnya di atas tubuhku. Kami bersetubuh sambil berciuman teramat dalam.

Tubuh Revy bergoyang-goyang mengikuti setiap hentakan persetubuhan kami. Sesekali disibakkan rambutnya yang mulai basah terurai. Ada suatu momen yang sangat indah setelah sekian waktu berlalu, tatkala Revy menyibakkan rambutnya dan tetap meletakkan kedua tangannya di atas kepalanya, seraya terus bergoyang mengikuti alunan persetubuhan. Bagai sebuah tarian kehidupan yang sangat indah dan sakral, mengikuti setiap gerak tubuhnya menyetubuhiku.

“Rev, I love you”, bisikku lembut di telinganya, diantara deraan-deraan lembut persetubuhan kami.
“Me too”, hanya itu yang mampu diucapkannya sebelum terhentak kembali merasakan sesaknya kejantananku memenuhi organ kewanitaannya. Terasa pula olehku bagaimana vaginanya makin erat menghimpit organ kejantananku…..

“Ryoo….eennngghhhh…..aahhhhh..”, teriaknya tertahan ketika orgasme itu kembali menggulungnya, menyeretnya ke dalam lembah kenikmatan hingga ke dasarnya.

Kini ia merebahkan kepalanya di pundakku. “Revy sayang kamu…”, ucapnya lirih di telingaku. Saya hanya mampu mengusap lembut rambutnya. Ah… Revy, andai kamu dapat tahu betapa aku pun merasakan hal yang sama sepertimu.

Kugendong Revy menuju kamar tidurnya. Dia memelukku erat seakan tidak akan pernah ia lepaskan. Masih sempat kupadamkan lampu kamar tidur saat kami mulai memasukinya. Kami terus berciuman, semakin dalam. Kuturunkan Revy dan membalikkan tubuhnya menghadap ke jendela. Sempat kudengar jeritan lirih terkejutnya ketika ku memposisikan dirinya seperti itu. Kini Revy setengah berdiri membelakangiku, dengan kedua tangannya bertumpu pada meja kerjanya yang menghadap ke jendela kamar tidurnya yang masih terbuka. Perlahan kusisipkan kembali kejantananku dalam liang kewanitaannya.

“Ugh….”, terdengar lirih bisik Revy saat ia mulai merasakan tikaman kejantananku menembusnya dari belakang.

Kembali kami bersetubuh, sangat erat. Kuterus menikamkan kejantananku ke dalam organ kewanitaannya dari belakang, seraya meremasi kedua buah pinggulnya. Betapa indahnya persetubuhan ini, suatu sensasi yang belum pernah saya rasakan sebelumnya ketika bercinta seraya memandangi lampu-lampu kota yang masih saja benderang dari jendela tanpa kain penghalang yang terpampang di depan kami berdua. Kami terus bercinta, mencoba merasakan kehangatan pendar-pendar lampu jalanan kota Jakarta yang terpampang di depan kami, seakan-akan terus memancari kami dengan cinta.

Galau hati, luapan emosi, kerinduan dan rasa cinta ditambah city view metropolitan berpadu dalam dekapan erat sang dewi nafsu, menghantarkan persetubuhan kami semakin dalam dan dalam. Kami berciuman, mendesah, mengerang, mendekap, coba merasakan semua sensasi yang ditawarkan dalam sebuah persetubuhan. Semakin terhimpit rasanya kejantananku di dalam liang vaginanya, ketika mulai kurasakan sesuatu bergejolak mendesak keluar dari dalam tubuhku.
“Rev, I’m almost there….”, bisikku lembut.

“Yes Ryo, cum inside honey…”, balasnya lirih. Makin terasa desakan orgasme menghimpitku ketika makin kutikamkan kejantananku dalam liang kewanitaan Revy. Perlahan merambati seluruh urat syarafku….

“Ryo….eenngghhh…”, jerit Revy lirih, seakan memberi tanda kepadaku bahwa ia pun sedang mendekati orgasmenya yang kesekian kali. Kupacu persetubuhan ini semakin cepat, karena ku tahu tidak ada gunanya lagi mempertahankan lebih lama, karena tembok pertahananku akan hancur berantakan dalam hitungan detik…..

“Ryooo…..aahhhh…!!”.

“I’m cumming Rev, I’m cummiiinngg…!!.”

Kami berteriak hampir berbarengan kala orgasme menyapa kami dalam waktu yang bersamaan. Kurasakan derasnya cairan kejantananku menyembur keras, memenuhi liang kewanitaan Revy dengan suatu sensasi kenikmatan yang tak terbilang. Revy terus menekan pinggulku ke arahnya, seakan hendak menghabiskan setiap detik orgasme kami di dalam tubuhnya. Entah berapa lama kami terbuai tinggi, terlenakan gelombang hasrat yang terpuaskan di dalam suatu gulungan orgasme yang begitu dahsyat……

Jakarta, 2 Desember, 04.12 AM

Angin pagi Jakarta meniup lembut rambutku yang basah tak beraturan di teras apartemen, sementara di belakang sana Revy sedang sibuk mencuci piring. Jujur saja, saat ini saya sedang merasa kacau. Seharusnya saya bangga dapat membuat seorang Revy jatuh cinta dan terlena dalam dekapanku. Namun yang terasa kini semata rasa bersalah menghujam batinku pilu. She is my best friend, and what have I done to her? Slept with her? and what about her marriage few months later? Did I think about it? What was I thinking? and what about Heru? Don’t I just screw up their life by sleeping with Revy? Ryo, you’re such a selfish person…!! Suara hatiku terus menyiksaku dengan pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pikiran dan kepalaku ini.

Revy adalah sahabat saya, dan saya ingin melihatnya hidup bahagia, dan kini saya hanya memberinya trouble yang sangat berat. Saya hanya akan mengacaukan pilihan jalan hidupnya dengan hadir di antara dia dan tunangannya. Dan jika kehadiranku tidak mampu menggoyahkannya, setidaknya saya telah membuat pernikahan mereka tidak akan sesuci seperti yang terlihat. Dan Heru, apa yang akan diperbuatnya jika mengetahui kekasihnya jatuh cinta dan bercinta dengan pria lain? Haruskah saya bersenang-senang di atas segala resiko kehancuran orang lain, bahkan yang notabene adalah orang-orang terdekatku? Saya adalah seorang pria, dan saya tahu persis hancurnya perasaan dan harga diri seorang pria yang kekasihnya berpaling ke cinta yang lain. Haruskah saya membuat kaumku yang lain merasakan perih itu? Perih yang selama ini kadang kurasakan juga saat ingatanku melayang ke masa-masa yang lalu, at the time when I gave my best love for someone, but she felt still not worth enough….

Tiba-tiba tangan Revy melingkar di tubuhku. Dia memelukku dari belakang dengan suatu dekapan erat yang mesra. Terasa lembut wangi basah rambutnya menempel di pundakku. “Ryo…, I have to talk with you”, bisiknya lirih.

“So please, say it..”, balasku sambil membalikkan tubuhku dan menemukan sesosok wajah yang sangat mendamaikan dan menentramkan jiwaku, but do I feel sorrow in her eyes? Kami duduk di teras, menikmati semilir angin pagi Jakarta yang masih belum terkotori debu polusi, ketika Revy memulai ucapannya, “Ryo, I’ve been thinking about us.., dan Revy tidak bisa hidup begini terus”.

Saya hanya terdiam sambil menebak-nebak apa yang dimaksud Revy dari perkataan yang diucapkannya, saat Revy meneruskannya kembali, “Ryo, I have life now. Yes…we were messed up, but I still have to go on with my own life”, Revy menarik nafas sejenak, “…and Heru is my life for me now”. Saya hanya bisa memandangi mata Revy yang mulai berkaca-kaca saat kembali ia berkata, “Maybe I don’t love him as much as I love you, but he is real for me, Ryo…… And you seems just like a dream for me”, Revy terdiam sejenak, “…and I can’t live in dreams. Revy butuh hidup yang nyata, Ryo. Revy butuh kepastian….dan saat ini kepastian untuk Revy adalah Heru. Walaupun ia tidak seindah kamu, tapi setidaknya Heru-lah yang memberikan kepastian dan hidup yang nyata buat Revy. Loving you is the greatest feeling I’ve ever had, but…..” “Ssstttt…..say no more honey, I know what you think. I understand you surely….”, sahutku sambil menempelkan telunjukku di bibirnya. “Ryo mengerti apa yang kamu rasakan. Sebagai wanita di usiamu, kamu memang wajar menuntut itu. Dan pria yang terbaik bagimu adalah Heru, karena ia dapat memberikan kepastian untukmu. I know I can only give you dreams,….and dreams seems never be enough for women”, sahutku lagi, “Kembalilah pada Heru, he is where your place belongs to”, kataku sambil kudekap erat Revy penuh sayang.

“Thanks Ryo, kamu baik sekali, but may I ask you anything else”, ujar Revy lirih sambi bersandar di pundakku.

“Sure…anything you want, Rev”, balasku cepat dengan terus membelai rambutnya.

“Will you keep this night as a secret, please…?”, Revy mendongak, menatapku dengan pandangan penuh harap.

“Surely I will, Rev. Surely….”, kataku meyakinkannya. “Kamu sahabat saya Rev, dan saya tidak mau ada sesuatu pun yang mengacaukan kebahagiaan hidup kamu, apalagi oleh hal-hal yang disebabkan oleh saya”, lanjutku lagi, “I’ll do anything to make you happy Rev, you can depend on me, as always…”.

Jalanan kota Jakarta masih lengang, ketika kubelokkan mini jeepku di dareah TPU Karet menuju kawasan Pejompongan. Pelan kutekan tombol on radioku yang langsung ter-set pada sebuah radio swasta yang khusus memutarkan lagu-lagu Indonesia di bilangan frekuensi 89-an FM.

…………..
Selamat tidur kekasih gelapku, s’moga cepat kau lupakan aku Kekasih sejatimu tak kan pernah sanggup untuk melupakanmu Selamat tidur kasih tak terungkap, s’moga kau lupakan aku cepat Kekasih sejatimu tak kan pernah sanggup untuk meninggalkanmu
…………..

Suara Sheila on 7 dengan Sephia-nya cukup menerbangkan lamunanku kembali pada Revy. Masih terbayang bening matanya, saat terakhir kumemandangnya di pintu apartemennya. Ingin rasanya memeluk dan menciumnya, mengungkapkan semua isi hati ini yang tidak pernah terungkap sebelumnya. Semua kata cinta di dunia tidak akan pernah cukup menggambarkan bagaimana inginnya diriku memilikinya. Namun semua itu tidak saya lakukan. Biar bagaimana pun saya telah berjanji untuk tidak lagi mengacaukan kehidupan Revy. Kata cinta hanya akan membuat segalanya menjadi bertambah berat dan rumit bagi kita. Better not to say it…!!

Revy butuh kepastian…, mengapa hanya kata-katanya itu yang terngiang selalu di telingaku kini. Terbayang sekelebatan kisah-kisahku dengan beberapa wanita yang sempat hadir di jejak-jejak hidupku. Jika hingga kini saya belum menemukan yang saya cari dari seorang wanita, yaitu kedamaian, mungkin karena selama ini pula saya belum mampu memberikan apa yang mereka cari, yaitu kepastian. Diriku masih merenung saat kulewati perempatan Slipi-Palmerah yang mulai ramai dipenuhi aktivitas manusia, untuk kemudian meluncur menuju kawasan Tomang. Ah…kepastian…….. Something women always want, something I could never give……, not yet……

THE END